BAWA RASA TOSAN
AJI SURAKARTA (BRATASURA)
Sekretariat : Jl. Singosari Selatan 1 No. 5 Nusukan,
Surakarta. Ph. 08882935444
SUSUNAN PENGURUS BAWARASA TOSAN
AJI SURAKARTA
(BRATASURA)
PERIODE TH. 2012 – 2017
SOLO- Demi tetap terjaganya martabat dan nilai-nilai luhur pakerisan, akhirnya forum Bawarasa Tosan Aji Surakarta (Bratasura-red) resmi melantik susunan kepengurusannya periode 2013-2017 di Bale Tawangarum, Balaikota Surakarta, Sabtu (2/2/2013).
Kepada Solo Blitz, Empu Daliman Puspabudaya, ketua Bratasura menjelaskan ada tiga tujuan utama pendirian forum Bratasura. Yang pertama supaya kegiatan pakerisan di Solo tetap bisa terlaksana secara berkesinambungan, kedua untuk menjaga martabat dan nilai luhur pakerisan.
“Sedangkan yang terakhir untuk meningkatkan nilai ekonomis pakerisan itu sendiri,” ujarnya.
Kehadiran Bratasura diharapkan sekaligus juga sebagai media edukasi masyarakat, yang ingin belajar mengenai seluk beluk keris, mulai dari proses pembuatan, hingga ragam jenis keris.
Sehingga tercipta sebuah pemahaman yang benar, mengenai unsur pakerisan itu sendiri, dan tidak menimbulkan polemik di masyarakat.
“Selama ini, masih banyak informasi yang keliru mengenai pemahaman keris itu sendiri. Nah itu yang harus kita benahi bersama, mengingat keris itu sendiri sudah diakui sebagai karya luhur peradaban anak manusia oleh Unesco,” ujar Daliman.
Dalam acara pelantikan sekitar 32 pengurus Bratasura tersebut, selain dihadiri para empu dan kolektor keris, terlihat hadir pula Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, Rektor ISI Surakarta Prof T Slamet Suparno, dan beberapa budayawan Solo lainnya.
Juga ikut dipamerkan beberapa keris karya empu di wilayah Solo dan sekitarnya.
Deniawan Tommy Chandra Wijaya |@deniawantommy
Bawarasa Tosan Aji Surakarta ( Bratasura ) Merupakan Organisasi dalam bidang Tosan Aji yang cakupannya merupakan naungan dari organisasi - organisasi keris di wilayah Kodya Surakarta. Hal ini merupakan tolok ukur dalam kemajuan di bidang pelestarian benda cagar budaya seperti Keris (Curiga) yang merupakan salah satu dari 4 tosan aji. seperti Warastra ( Panah ), Buntara ( Tombak ), dan Kara ( Pedang).
banyak dari keempat unsur tosan aji tesebut yang belum sepenuhnya digali. Hanya Keris saja yang secara mendalam digali kajiannya.
Rencana pembangunan museum keris, yang akan dilakukan Pemkot Surakarta dalam waktu dekat ini, diharapkan bisa digarap secara serius. Karena jika hanya asal-asalan saja, maka akan berdampak negatif pada pencitraan kota Solo itu sendiri.
Seperti diungkapkan Daliman, ketua paguyuban empu dan penggemar keris Bratasura, Jumat (8/2/2013). Dia berharap, Pemkot Surakarta bisa menjadikan museum keris tersebut, sebagai salah satu ikon kebanggaan kota Solo.
Untuk itu, dalam pembangunan museum keris, yang harus diperhatikan bukan hanya fisik bangunannya saja, tetapi juga kualitas koleksi yang ada di dalamnya. Selain itu, aspek edukasi juga harus ditonjolkan, sehingga terjadi proses transfer ilmu pengetahuan mengenai seluk beluk perkerisan itu sendiri.
“Karena bicara keris, disitu kita bicara banyak aspek mulai dari ilmu pengetahuan hingga aspek sosial ekonominya. Jadi museum keris yang ada nanti, harus bisa mengakomodasi semua itu,” harap Daliman.
Menanggapi hal tersebut, Walikota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo menyatakan sepakat dengan apa yang diusulkan para budayawan dan praktisi perkerisan. Secara tegas, Rudi menyatakan museum keris Solo harus bisa menjadi sumber inspirasi, serta referensi perkerisan sekaligus obyek kunjungan pariwisata edukasi dan sejarah bagi masyarakat.
“Kita akan garap serius, dan pasti tidak akan memalukan. Karena saya berharap museum keris nanti bisa menjadi kebanggaan warga Solo,” tegas Rudi.
Deniawan Tommy Chandra Wijaya |@deniawantommy.
Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, menepis anggapan jika rencana pembangunan museum keris kota Solo gegabah. Karena selain memperhatikan aspek yang benar soal pakerisan, Pemkot Surakarta juga akan melibatkan pakar dan kaum profesional di bidang perkerisan.
“Pokoknya harus moncer, karena ini harapannya akan menjadi salah satu tujuan wisata kebanggaan kota Solo. Soal pakem dan seluk beluk pakerisan, biar ditangani ahlinya saja,” tegasnya di sela-sela pelantikan pengurus Bawarasa Tosan Aji Surakarta (Bratasura), di Balaikota, Sabtu (2/2/2013).
Terkait kepastian besaran dana yang akan dianggarkan Pemkot, untuk pembangunan museum keris yang rencananya akan dibangun di bekas lahan kantor Dispendukcapil Sriwedari itu, Rudy menjamin jika tidak akan mengganggu APBD Kota Surakarta.
“Jangan sebut puluhan milyar, lha wong bangunannya saja belum jadi. Tapi yang jelas ini sudah terencana sebelumnya dan pasti dipertimbangkan dengan DPRD, jadi bukan proyek asal-asalan,” ujarnya.
Dia juga berharap dengan dibangunnya museum keris tersebut, masyarakat bisa memanfaatkannya secara maksimal untuk menggali segala hal dan informasi mengenai pakerisan. Karena rencananya, museum tersebut juga akan dilengkapi dengan besalen atau tempat pembuatan keris, berikut workshop-nya.
Deniawan Tommy Chandra Wijaya |@deniawantommy
TRIBUNJOGJA.COM, SOLO - Pemkot Solo terus merampungkan Detailing Engineering Desain (DED) bangunan Museum Keris. Rencana awal, museum keris pertama di Indonesia itu akan mengadopsi bangunan Candi Sukuh.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo Widdi Srihanto mengatakan, DED ditargetkan rampung akhir bulan ini. Setelah mengambil sejumlah referensi, akhirnya dipilih konsep bangunan mengadopsi bangunan Candi Sukuh.
“Candi Sukuh mengandung filosofi Jawa yang sangat kuat,” katanya Selasa (16/4/2013).
Bangunan yang artistik dan mengandung unsur Jawa yang kuat itu diharapkan bisa menjadikan museum sebagaipilot project bagi daerah lain di Indonesia. Menurut Widdi, setelah DED rampung pihaknya akan mempertemukan berbagai pihak.
“Kita pertemukan pemenang lelang, budayawan, pemerhati keris, dan pihak-pihak lain,” katanya.
Pemkot mengumpulkan berbagai pihak itu untuk meminta masukan mengenai desai awal. Termasuk meminta pendapat tentang konsep mengadopsi bangunan Candi Sukuh di Karanganyar. Rencananya, unsur Jawa akan diperkuat dengan ornamen di tembok. Ornamen menceritakan filosofi keris memakai tulisan bahasa Jawa kuno. “Kita tampung semua masukan,” ujar Widdi.
Selain Disbudpar, konsep desain museum juga digulirkan oleh Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Solo. Kepala DTRK Solo, Ahyani mengatakan, konsep pembangunan museum bisa mengusung perpaduan bangunan kolonial tropis atau Indies dengan arsitektur khas Solo. “Desain itu sangat cocok dengan iklim di Solo,” katanya. (*)
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo Widdi Srihanto mengatakan, DED ditargetkan rampung akhir bulan ini. Setelah mengambil sejumlah referensi, akhirnya dipilih konsep bangunan mengadopsi bangunan Candi Sukuh.
“Candi Sukuh mengandung filosofi Jawa yang sangat kuat,” katanya Selasa (16/4/2013).
Bangunan yang artistik dan mengandung unsur Jawa yang kuat itu diharapkan bisa menjadikan museum sebagaipilot project bagi daerah lain di Indonesia. Menurut Widdi, setelah DED rampung pihaknya akan mempertemukan berbagai pihak.
“Kita pertemukan pemenang lelang, budayawan, pemerhati keris, dan pihak-pihak lain,” katanya.
Pemkot mengumpulkan berbagai pihak itu untuk meminta masukan mengenai desai awal. Termasuk meminta pendapat tentang konsep mengadopsi bangunan Candi Sukuh di Karanganyar. Rencananya, unsur Jawa akan diperkuat dengan ornamen di tembok. Ornamen menceritakan filosofi keris memakai tulisan bahasa Jawa kuno. “Kita tampung semua masukan,” ujar Widdi.
Selain Disbudpar, konsep desain museum juga digulirkan oleh Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Solo. Kepala DTRK Solo, Ahyani mengatakan, konsep pembangunan museum bisa mengusung perpaduan bangunan kolonial tropis atau Indies dengan arsitektur khas Solo. “Desain itu sangat cocok dengan iklim di Solo,” katanya. (*)
Penulis : Ikrob Didik Irawan || Editor : Joko Widiyarso
Ikuti Tribunjogja.com melalui sosial media twitter @tribunjogja