Diskripsi Boneka Melayu
Dato' Dato', Bonting-Bonting, Kanana'
Boneka merupakan salah satu peninggalan budaya masyarakat dan jejak kebudayaan. Boneka sendiri memiliki simbolisasi tersendiri dan makna - makna terpendam terhadap kearifan lokal yang ada di lapisan masyarakat. Awal mula peradaban sudah mencatatkan mengenai kepercayaan animisme dan dinamisme, sebelum agama dan keyakinan di Wahyu - kan. manusia mencari jati dirinya sendiri untuk mengetahui darimanakah dia berasal, sehingga menempatkan sebuah boneka pada diskripsi mengenai Sang Leluhur dan Sang Pencipta. Makna selanjutnya pada perkembangan zaman meletakkan makna boneka pada kebutuhan tersier sebagai hiburan, hasil seni dan barang komoditas, karena manusia sudah mengetahui siapa Sang Pencipta tersebut (Sudah mengenal Agama), sehingga kepercayaan terhadap benda sudah mulai ditinggalkan.
Selain Boneka sebagai Kebutuhan Tersier , boneka juga mempunyai sisi mitologi yang masih dipertahankan oleh beberapa kalangan pelestari Budaya, misalnya boneka Jalangkung yang terkenal di tanah Jawa.
Salah satu contoh Boneka pada zaman manusia masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme, boneka dengan bentuk perempuan sebagai perwujudan ibu bumi (dewi bumi)
Demi melestarikan budaya tersebut penulis mencoba memcatatkan kajian mengenai boneka yang pernah ditemui di perantauan. Salah satu destinasi tempat yaitu Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki kekayaan sejarah dan Budaya. di Tanah To'Ugi ( Bugis) ini ada salah satu kekayaan khasanah Budaya yang sempat di Catatkan , yaitu mengenai Boneka di Tanah Sulawesi (Celebes) . Pada masa ini cuma dikenal 2 boneka saja di Sulawesi yaitu ; pertama yang paling terkenal adalah Tau-Tau dari Toraja ( biasanya diletakkan di pemakaman) dan boneka khas Suku Bugis untuk upacara pernikahan yang dinamakan Kanana'. Sebenarnya ada bayak jenis Boneka di Kebudayaan Bugis dan Sulawesi, dibawah ini merupakan beberapa boneka yang sempat dicatatkan oleh penulis dalam perjalananya.
Boneka merupakan salah satu peninggalan budaya masyarakat dan jejak kebudayaan. Boneka sendiri memiliki simbolisasi tersendiri dan makna - makna terpendam terhadap kearifan lokal yang ada di lapisan masyarakat. Awal mula peradaban sudah mencatatkan mengenai kepercayaan animisme dan dinamisme, sebelum agama dan keyakinan di Wahyu - kan. manusia mencari jati dirinya sendiri untuk mengetahui darimanakah dia berasal, sehingga menempatkan sebuah boneka pada diskripsi mengenai Sang Leluhur dan Sang Pencipta. Makna selanjutnya pada perkembangan zaman meletakkan makna boneka pada kebutuhan tersier sebagai hiburan, hasil seni dan barang komoditas, karena manusia sudah mengetahui siapa Sang Pencipta tersebut (Sudah mengenal Agama), sehingga kepercayaan terhadap benda sudah mulai ditinggalkan.
Selain Boneka sebagai Kebutuhan Tersier , boneka juga mempunyai sisi mitologi yang masih dipertahankan oleh beberapa kalangan pelestari Budaya, misalnya boneka Jalangkung yang terkenal di tanah Jawa.
Salah satu contoh Boneka pada zaman manusia masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme, boneka dengan bentuk perempuan sebagai perwujudan ibu bumi (dewi bumi)
Demi melestarikan budaya tersebut penulis mencoba memcatatkan kajian mengenai boneka yang pernah ditemui di perantauan. Salah satu destinasi tempat yaitu Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki kekayaan sejarah dan Budaya. di Tanah To'Ugi ( Bugis) ini ada salah satu kekayaan khasanah Budaya yang sempat di Catatkan , yaitu mengenai Boneka di Tanah Sulawesi (Celebes) . Pada masa ini cuma dikenal 2 boneka saja di Sulawesi yaitu ; pertama yang paling terkenal adalah Tau-Tau dari Toraja ( biasanya diletakkan di pemakaman) dan boneka khas Suku Bugis untuk upacara pernikahan yang dinamakan Kanana'. Sebenarnya ada bayak jenis Boneka di Kebudayaan Bugis dan Sulawesi, dibawah ini merupakan beberapa boneka yang sempat dicatatkan oleh penulis dalam perjalananya.
1. Dato'Dato'
adalah para roh penjaga lokal di Tanah Melayu. Salah satu variasi namanya adalah Datok atau Datuk (Datok Gong), berasal dari bahasa Melayu yang memiliki arti 'kakek'. Nama Datuk digunakan sebagai panggilan kehormatan, demikian pula gelar Gong juga merupakan gelar kehormatan. Salah satu versi asal mula pemujaan Na Du Gong adalah bahwa mereka berasal dari pemujaan Tu Di Gong yang berasal dari China[1] dan Datuk Keramat yang merupakan dewa asli Melayu.
Boneka Dato' Dato' Pakaian yang digunakan lebih berkesan dengan ciri khas pakaian dari Sulawesi atau pakaian adat Bugis.
Boneka Dato' Dato'
Boneka Dato' Dato'
Boneka Dato' Dato' Lebih tampak dari pakaian yang digunakan berasal dari Suku Bugis
Boneka Dato' Dato'
Boneka Dato' Dato'
Boneka Dato' Dato' Busana lebih berkesan Cina Selatan ( Champ)
Boneka Dato' Dato' Pakaian yang digunakan lebih berkesan Suku Makassar dari Sulawesi
Boneka Pengantin yang ada di kebudayaan Melayu, dibuat berpasangan antara laki - laki dan perempuan, dengan hiasan nan mewah. kedua boneka ini biasanya diletakkan di sisi kanan kiri dari sepasang pengantin untuk syarat ritual adat pengantin. kepercayaan yang masih kental dengan animisme dan dinamisme. keluarga sang pengantin memiliki kepercayaan jika kedua boneka tersebut merupakan syarat untuk membuat hubungan kedua pengantin tersebut langgeng dan awet hingga akhir hayat nantinya.
Boneka Pengantin Laki - laki memakai pakaian adat Melayu dengan hiasan mewah dan ikat kepala yang indah. Beberapa bagian dihiasi oleh logam mulia dan permata.
Boneka Pengantin Perempuan memakai pakaian adat Melayu dengan hiasan dan ikat rabut yang indah. Beberapa bagian dihiasi oleh logam mulia, manik-manik dan permata.
3. Kanana / Kananak
Boneka Permainan dari Suku Bugis, boneka ini biasanya dimainkan oleh anak kecil. Mainan zaman dulu kala yang terlupakan dan sudah punah, tersisa hanya foto-foto peninggalan Belanda.
Boneka Kananak dari bahan Kain
Boneka Kananak dari bahan daun lontar yang dianyam
4. Tau Tau.
Tau-tau adalah patung yang dipahat dari kayu. Patung ini dikenal dalam masyarakat Toraja sebagai personifikasi orang yang telah meninggal.Pembuatan patung ini terikat pada berbagai ketentuan religius: mulai dari memilih dan menebang pohon nangka; manglassak, sebuah ritus untuk menentukan jenis kelamin boneka yang dibuat; disabu, sebuah ritus untuk menahbiskan tau-tau. Pembuatan tau-tau tidak boleh dikerjakan oleh sembarang orang. Sepanjang proses pembuatan ini, diwajibkan bagi yang membuat untuk mengerjakannya dekat dengan jenasah. Patung yang dibuat harus menyerupai orang yang meninggal. Patung ini hanya dapat dibuat bagi para bangsawan atau tana' bulaan, alasannya ialah patung tersebut merupakan representasi dari orang yang meninggal dan oleh karena itu harus disembah menurut statusnya. Melalui patung ini, interaksi dianggap tetap berlangsung karena tau-tau dianggap menampakkan persekutuan yang langgeng antara orang hidup dengan orang mati.
Boneka Tau-Tau
foto atas; Pengrajin Tau - Tau dan Foto bawah; jejeran Patung Tau - Tau sebagai simbol Penghargaan bagi jasa - jasa leluhur yang pernah hidup. Supaya semangat mereka terus terkenang.
Sumber;
Theodorus Kobong. 2008. Injil dan Tongkonan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
https://video.medcom.id/newsline/5b2qAovN-kanana-boneka-tradisional-tanah-daeng
https://rakyatsulawesi.co.id/lontara-dalam-gelar-boneka-bugis-makassar-semarakkan-hut-ri-ke-72/