Filosofi Dan Makna Carita Keprabon
Manusia bak lakon yang memainkan drama kehidupan sendiri dalam dunia fana. Dalam dunia yang tak tahu kapan berakhirnya ini manusia hanya pelaku yang bermain di atas kisaran waktu yang terus berputar dengan skenario atau jalan yang sudah ditulis Penciptanya. Carito berarti sesuatu yang sedang berjalan atau suatu peristiwa, atau gambaran sifat manusia dalam kehidupan manusia sehari hari. Manusia dalam hidupnya memainkan alur cerita (carito) dan lakonnya sendiri-sendiri. Hidup yang kita jalani sekarang adalah hasil dari pemilihan seseorang tentang keputusan dan peran kehidupan yang akan dijalaninya. Keprabon, berasal dari kata Prabu yang artinya Raja/Ratu, merupakan cerminan kepemimpinan panutan masyarakat Jawa dan sesungguhnya bukan kekuasaan yang dipuja.
Menurut pitutur lisan, pada jaman dahulu hanya mereka yang ber-trah (keturunan) darah biru atau ningrat yang boleh memiliki dan menyimpan keris luk sebelas berdhapur Carita Keprabon dan Carita Daleman. Boleh dikata keris dengan dhapur tersebut adalah keris ningrat milik para priyayi, Ada kepercayaan unik, jaman dahulu bagi mereka yang memiliki Keris berdhapur ini akan memelihara burung Gelatik Jawa (Java Sparrow) sebagai pasangan atau klangenan “sang mbahurekso” kerisnya. Angka sebelas berupa jajaran angka pertama (angka 1) merujuk pada pengertian kemanunggalan Tuhan. Bila dijumlahkan kita akan memperolah angka dua. Angka ini memiliki sifat dikotomis namun tetap menunjukkan keseimbangan dan keselarasan. Makna angka dua dari penjumlahan angka sebelas juga dapat diintepretasikan bahwa dalam kehidupan manusia dipengaruhi oleh efek sebab-akibat dari perbuatannya sendiri (karma).