Kamis, 01 Desember 2022

Epistemologi Tosan Aji ( KERIS)

 

Epistemologi Tosan Aji ( KERIS) 

Epistemologi (dari bahasa Yunani epistÄ“mÄ“; artinya "pengetahuan", dan , logos, artinya "ilmu") adalah cabang dari filsafat yang berkaitan dengan hakikat atau teori pengetahuan. Dalam bidang filsafat, epistemologi meliputi pembahasan tentang asal mula, sumber, ruang lingkup, nilai validitas, dan kebenaran dari pengetahuan. Epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas keyakinan.

Epistemologi dari masyarakat memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu—suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu—dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologi menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju di suatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi (Pranarka, 1987). Setiap bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, selalu dilatarbelakangi kemajuan sains dan teknologi yang berbasis kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.

Teknologi secara menyeluruh dapat didefinisikan sebagai kesatuan dari tiga hal yang antara lain terdiri dari: input berupa sumber daya alam, kemahiran teknik, pengetahuan dan peralatan; proses yang meliputi: pembikinan, penggunaan, perancangan keinsinyuran, dan produksi massal, produk yang berupa elektronika, komputer, otomasi, alat transportasi, bangunan, pertanian, peternakan, alat rumah tangga, dan lain-lain (Gie, 1996). Produk teknologi tidak dapat dipungkiri sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Bahkan dapat dikatakan bahwa teknologi adalah alam kedua karena hidup manusia tidak dapat lepas dari teknologi sebagaimana pada alam pertama manusia tidak dapat hidup tanpa air dan udara. Dengan adanya teknologi, kemampuan fisik dan akal manusia menjadi semakin luas dan berlipat, sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi adalah perpanjangan tangan dan akal manusia.


Workshop Tepa Keris , KenRa (Muh.Ra'uf) & Ki Bhara 

Ciri khas epistemologi teknologi keris

(1) Keris diproduksi oleh padepokan, bahkan dapat dikatakan diproduksi oleh individu karena mpu sebagai manajer sekaligus pekerja dan inovator. Keris lebih mirip dengan karya seni dari pada produk industri. Keris adalah karya luhur yang dihasilkan oleh mpu sebagaimana karya besar seni yang dihasilkan oleh maestro. 

(2) Mpu dalam membuat keris bertumpu pada kemampuan individual yang meliputi: kesaktian, pengalaman, ketlatenan, keahlian, motivasi, dan inovasi, serta hubungan mpu dengan Tuhan. Oleh karena itu, rahasia (ilmu) pembuatan keris tersimpan secara pribadi. Biasanya kemampuan (pengetahuan dan keahlian/praktek) tersebut diwariskan kepada keturunannya. Budaya “kerahasiaan” dalam pembuatan keris pada masa lalu itu disebut sebagai budaya sinengker. Keris bagi orang Jawa pada masa lalu merupakan benda yang sinengker. Dipesan untuk dibuat dengan niat pribadi sehingga perlu dirahasiakan. Meski kerahasiaan itu menghambat pelestariannya, ternyata budayasinengker itu dulu juga menimbulkan kekhasan mutu dan penampilan keris (Harianto, 2008: 2). Guna menjaga kerahasiaan pembuatan keris kadangkala bengkel kerja tertutup bagi pihak lawan. Walaupun saat pembuatan keris oleh mpu yang sakti terbuka bagi khalayak ramai namun setelah penonton meninggalkan tempat pembuatan keris maka mereka menjadi lupa tentang proses pembuatan keris yang telah dilihatnya (Moebirman, 1980: 98). 

(3) Mpu dalam membuat keris melibatkan unsur rasa sehingga ia menyatu dengan keris yang dihasilkannya. Hal ini bisa diketahui dengan laku spiritual yang dijalani, doa-doa yang dipanjatkan, mantra yang diucapkan, dan harapan/keinginan akan karakter sebuah keris sehingga membawa kemaslahatan bagi hidup manusia. 

(4) Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan keris Pusaka tidak dapat ditetapkan dengan pasti karena upaya mpu sangat tergantung pada kekuasaan Tuhan. 

(5) Walaupun ada standard umum pembuatan keris namun tidak ada standard kualitas produksi, karena keris merupakan karya seni dan teknik luhur mpu, bukan produksi massal yang dihasilkan oleh industri. 

(6) Keris-keris ciptaan mpu itu setiap jaman mempunyai ciri-ciri khas tersendiri sehingga para pendata benda pusaka itu tidak kebingungan . Ciri khas terletak pada segi garap dan kualitas besinya. Kualitas besi merupakan ciri khas yang paling menonjol sesuai dengan tingkat sistem pengolahan besi pada jaman itu, juga penggunaan bahan pamor yang mempunyai tahapan-tahapan pula.

Motif dan konteks yang memicu lahir dan berkembangnya teknik pembuatan keris ditentukan oleh suatu keyakinan epistemologis komunitas masyarakat yang hidup pada jamannya. Masing-masing jaman memberi nuansa epistemologis dalam mencari metode yang tepat untuk menghasilkan produk yang unggul dalam mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat yang tersebar di Nusantara. 

Teknik pembuatan keris berevolusi seiring dengan perkembangan peradaban manusia yang memangkunya sehingga menghasilkan keris yang bervariasi. Epistemologi teknologi pembuatan keris berbeda dengan epistemologi teknologi modern. Teknologi modern berbasiskan ilmu pengetahuan modern dalam mengembangkan kualitas produknya. Sedangkan teknologi pembuatan keris berbasiskan pengetahuan (kewaskitaan), rasa olah seni, dan keahlian mpu yang sifatnya rahasia/individual dalam menghasilkan karya masterpiece. 



Sumber; 

Imam Wahyudi , Epistemologi Teknologi Keris,  Jurnal Filsafat  Vol. 23, Nomor 3, Desember 2013.

Andayani, Theresia, 2012, “Ki Sungkowo Butuh 40 hari Untuk Membuat Keris Bertuah” dalam Tribun Jateng-Rabu, 4 Januari 2012. 

Bunge, M.A., 1977, Treatise On Basic Philosophy. The Furniture Of The World. Ontology I (Vol. 3), Reidel, Dordrecht. 

Darmosoegito, Ki, 1992, Bab Dhuwung, Djojobojo, Surabaya, Hal. 16. 

Ellul, J., 1964, The Technological Society, Alfred Knapf, New York. 

Feenberg, Andrew, 1999, Questioning Technology, Rouledge, London. 

Gie, The Liang, 1996, Pengantar Filsafat Teknologi, Andi, Yogyakarta. 

Harsrinuksmo, Bambang, 1985, Pamor Keris, Pusat Keris Jakarta, Jakarta. ___________________ dan Lumintu, S, 1988, Ensiklopedi Budaya Nasional: Keris dan Senjata Tradisional Indonesia Lainnya, Cipta Abdi Pusaka, Jakarta. 

Koesni, 1979, Pakem, Pengetahuan Tentang Keris, Aneka Ilmu, Semarang. Lim, Francis, 2008, Filsafat Teknologi, Doh Ihde Tentang Dunia, Manusia, dan Alam, Kanisius, Yogyakarta. 

Moebirman, 1980, Keris, Senjata Pusaka, Sapta Karya, Jakarta. Pranarka, A.M.W., 1987, Epistemologi Dasar: Sebuah Pengantar, CSIS, Jakarta. 

Skolimowski, H., 1974, “The Structure of Thinking in Technology”, dalam Contributions to a Philosophy of Technology, Friederich Rapp (editor), Reidel Publisihing Co, Dordrech, Holland.

Foto; Cahya Surya H.