Rabu, 04 September 2024

Sejarah Kebangkitan Keris Kamardikan

 Sejarah Kebangkitan Keris Kamardikan 

Keris Kamardikan merupakan jenis keris yang muncul pada masa setelah Indonesia merdeka, sering dikaitkan dengan upaya menjaga tradisi dan kebudayaan Jawa dalam konteks modern. Istilah "kamardikan" sendiri berasal dari kata "merdeka," yang berarti kebebasan atau kemerdekaan, sehingga keris ini sering dianggap sebagai simbol kedaulatan budaya Indonesia yang telah merdeka dari penjajahan.

Pada akhir tahun 1970-an, di tengah kebangkitan kembali minat terhadap budaya dan tradisi Jawa, muncul tokoh-tokoh penting dalam dunia perkerisan, termasuk Empu Yosopangroso, seorang empu yang dikenal dalam dunia perkerisan modern. Bersama dengan kedua anaknya, dan didukung oleh seorang kolektor asal Jerman bernama Dietrich Drescher, mereka terlibat dalam proses pembuatan keris yang kemudian dikenal sebagai Keris Kamardikan. Keris Kamardikan pertama ini diciptakan sebagai bagian dari usaha untuk melestarikan dan mengembangkan seni pembuatan keris di era modern.

Empu Jeno, salah satu anak Empu Yosopangroso, kemudian menjadi salah satu empu terkemuka di Indonesia yang turut melanjutkan tradisi pembuatan keris. Keris-keris yang dibuat oleh Empu Jeno dan keluarganya terkenal akan keindahan dan kekuatannya, serta dipandang sebagai bentuk adaptasi tradisi yang relevan dengan zaman setelah Indonesia merdeka.

Dalam konteks ini, Dietrich Drescher berperan sebagai pendukung dan pengagum kebudayaan Jawa, yang melalui kolaborasi dengan Empu Yosopangroso dan anak-anaknya, membantu menciptakan keris yang tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga mengembangkannya di era modern. Kolaborasi ini juga menunjukkan bagaimana budaya lokal dapat bertemu dan berinteraksi dengan budaya asing dalam cara yang positif dan kreatif.


Panjak mpu yoso dan mpu genyo



Era tahun 70an akhir, Empu Yosopangroso dan kedua anaknya, Dietrich Drescher (orang Jerman) dan empu Jeno , sedang membuat Keris Kamardikan pertama. 1970

Mpu subandi menunjukan tempat saat nempa di besalen mpu yoso.

Mpu Subandi Suponingrat dan Dietrich Drescher memainkan peran penting dalam kebangkitan kembali produksi keris pada akhir abad ke-20, terutama setelah sempat terjadi penurunan minat terhadap keris sebagai simbol budaya dan seni tradisional.

Mpu Subandi Suponingrat adalah seorang empu yang dikenal dengan dedikasinya dalam menjaga tradisi pembuatan keris. Sebagai penerus dari garis panjang pembuat keris, Mpu Subandi memiliki keterampilan yang mumpuni dalam menciptakan keris dengan estetika dan filosofi yang mendalam, yang mencerminkan nilai-nilai spiritual dan budaya Jawa.

Dietrich Drescher, seorang kolektor dan pecinta budaya asal Jerman, tertarik dengan keindahan dan makna filosofis di balik keris. Dengan kecintaannya terhadap seni dan budaya Jawa, Drescher menjadi salah satu tokoh asing yang berperan dalam melestarikan dan mempromosikan keris di kalangan internasional. Ia tidak hanya mengumpulkan keris tetapi juga berusaha memahami dan mendalami tradisi pembuatan keris dari para empu di Jawa.

Kebangkitan produksi keris ini terjadi dalam konteks globalisasi dan modernisasi, di mana banyak tradisi lokal menghadapi tantangan untuk tetap relevan. Mpu Subandi dan Dietrich Drescher bekerja sama untuk memastikan bahwa pembuatan keris tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang dengan cara yang selaras dengan zaman modern. Mereka fokus pada kualitas, keaslian, dan penghormatan terhadap tradisi, sambil juga membuka peluang bagi inovasi dan interpretasi baru dalam pembuatan keris.

Upaya mereka melibatkan berbagai langkah, termasuk:

  1. Peningkatan Kualitas dan Keaslian: Mpu Subandi terus menghasilkan keris-keris berkualitas tinggi yang sesuai dengan standar tradisional, memastikan bahwa setiap keris yang dibuat memiliki nilai artistik dan spiritual yang mendalam.

  2. Edukasi dan Promosi: Dietrich Drescher, dengan jaringan internasionalnya, membantu mempromosikan keris sebagai karya seni yang memiliki nilai budaya dan sejarah yang penting. Ia juga berkontribusi dalam edukasi tentang keris, baik di kalangan kolektor maupun masyarakat umum, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

  3. Kolaborasi dan Inovasi: Melalui kolaborasi ini, mereka juga membuka ruang untuk inovasi dalam pembuatan keris. Meskipun tetap menghormati tradisi, Mpu Subandi dan Drescher memungkinkan interpretasi baru dalam desain dan pembuatan keris yang relevan dengan kebutuhan dan selera modern.

  4. Revitalisasi Pasar Keris: Dengan memperkenalkan keris kepada audiens yang lebih luas dan mendukung empu-empu lainnya untuk terus berkarya, mereka berhasil membangkitkan kembali minat terhadap keris, baik sebagai objek seni maupun sebagai simbol budaya yang hidup.

Kolaborasi antara Mpu Subandi Suponingrat dan Dietrich Drescher menjadi salah satu contoh sukses dari upaya melestarikan dan memodernisasi warisan budaya dalam konteks global yang terus berubah.

Kota Surakarta, atau Solo, merupakan salah satu pusat kebudayaan Jawa yang terkenal dengan tradisi pembuatan kerisnya. Sejak lama, Solo dikenal sebagai tempat tinggal dan berkarya bagi banyak empu (pembuat keris) yang menghasilkan keris-keris berkualitas tinggi. Berikut adalah beberapa empu terkenal dari Surakarta yang telah berkontribusi dalam melestarikan dan mengembangkan seni pembuatan keris:

1. Mpu Jeno Harumbrojo

  • Latar Belakang: Mpu Jeno merupakan salah satu empu terkenal dari keluarga pembuat keris yang sudah turun-temurun di Surakarta. Dia dikenal karena kemampuannya dalam membuat keris dengan teknik tradisional, dan juga berinovasi dalam desain keris.
  • Karya: Karya-karya Mpu Jeno dikenal memiliki kualitas tinggi, dengan pamor (pola pada bilah keris) yang indah dan penuh makna filosofis. Keris buatannya sangat diminati oleh kolektor dan peminat keris, baik dari dalam maupun luar negeri.

2. Mpu KRT. Subandi Suponingrat

  • Latar Belakang: Mpu Subandi adalah empu lain dari Surakarta yang telah disebutkan sebelumnya. Dia merupakan salah satu empu yang secara aktif menjaga tradisi pembuatan keris sambil berkolaborasi dengan pihak luar untuk memperkenalkan keris ke dunia internasional.
  • Karya: Keris-keris buatan Mpu Subandi dikenal karena kualitas artistiknya yang tinggi dan keaslian tradisionalnya. Dia juga dikenal sebagai sosok yang mendukung pelestarian budaya melalui pendidikan dan promosi keris.

3. Mpu Yosopangroso

  • Latar Belakang: Mpu Yosopangroso adalah salah satu empu dari generasi sebelumnya yang berperan penting dalam menjaga dan melestarikan tradisi pembuatan keris di Surakarta.
  • Karya: Karya-karyanya dikenal karena memiliki makna spiritual dan artistik yang mendalam, serta dihasilkan dengan teknik yang diwariskan turun-temurun.

4. Mpu Daliman ( M.Ng. Daliman Puspobudoyo)




  • Latar Belakang: Mpu Daliman adalah seorang empu keris dari Surakarta yang dikenal karena keterampilannya dalam membuat keris dengan teknik tradisional. Dia sering dianggap sebagai salah satu empu yang berperan penting dalam menjaga kualitas dan keaslian pembuatan keris di masa modern.
  • Karya: Mpu Daliman menghasilkan berbagai jenis keris yang dihargai karena keindahan pamor dan presisi pengerjaannya. Karya-karyanya dikenal sangat tradisional, dengan penekanan pada nilai-nilai spiritual dan estetika yang tinggi.

5. Mpu Yanto (M.Ng. Suyanto Wiryo Curigo)



  • Latar Belakang: Mpu Yanto merupakan salah satu empu yang juga terkenal di Surakarta. Dia dikenal dengan keahliannya dalam menciptakan keris dengan pamor yang rumit dan simbolik.
  • Karya: Karya-karya Mpu Yanto biasanya mencerminkan kedalaman filosofi Jawa, dengan setiap keris memiliki makna tersendiri. Kualitas pengerjaan dan kehalusan pamor pada keris-kerisnya menjadikannya diminati oleh kolektor dan penggemar keris.Besalennya Hingga Sekarang diteruskan Oleh Kedua Putranya Eko dan Andi ( Besalen Empu Suyanto Wiryo Curigo). 
     

6. Mpu Yantono




  • Latar Belakang: Mpu Yantono adalah empu lain dari Surakarta yang juga dikenal luas dalam komunitas perkerisan. Dia sering dianggap sebagai penerus tradisi perkerisan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai dan teknik-teknik pembuatan keris klasik.
  • Karya: Mpu Yantono menghasilkan keris-keris dengan desain yang klasik, sering kali dengan inovasi pada pamor dan bentuk bilah keris. Karyanya dihargai karena keseimbangan antara kekuatan, keindahan, dan makna spiritual.

7. Mpu Kamdi




  • Latar Belakang: Mpu Kamdi adalah empu yang terkenal karena inovasinya dalam pembuatan keris, termasuk menciptakan keris dengan desain yang unik dan simbolis. Dia dikenal luas dalam dunia perkerisan karena karyanya yang disebut "Keris Gelombang Cinta".
  • Karya - Keris Gelombang Cinta: Keris Gelombang Cinta yang diciptakan oleh Mpu Kamdi adalah salah satu karyanya yang paling terkenal. Keris ini memiliki bilah dengan gelombang (luk) yang unik dan simbolis, melambangkan kasih sayang, kebijaksanaan, dan keseimbangan dalam hidup. Keris ini dihargai tidak hanya sebagai senjata tradisional tetapi juga sebagai karya seni dengan makna filosofis yang dalam.

8. Mpu Fauzan Ndalem Harjonagoro (Go Tik Swan)




  • Latar Belakang: Go Tik Swan, yang kemudian dikenal sebagai Mpu Fauzan Ndalem Harjonagoro, adalah seorang budayawan, seniman, dan empu keris yang sangat dihormati, dia berhasil menyatukan berbagai elemen budaya Jawa dalam karyanya, dan diangkat menjadi abdi dalem Keraton Surakarta dengan gelar Ndalem Harjonagoro.
  • Karya: Karya-karya Mpu Fauzan terkenal karena menggabungkan keindahan seni dan nilai-nilai spiritual Jawa dalam setiap kerisnya. Dia sering membuat keris yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat makna filosofis. Karyanya sangat dihargai oleh kolektor dan peminat budaya, baik di dalam negeri maupun internasional. Sebagai seorang empu, Mpu Fauzan memadukan teknik tradisional dengan estetika yang tinggi, sering kali menghasilkan keris yang mencerminkan identitas budaya Jawa yang kuat.
 Besalen yang berada di komplek tempat tinggal sang panembahan di kawasan Kratonan, Solo, Jawa Tengah, itu terakhir digunakan untuk membuat keris tahun 1992. Mpu Pauzan sendiri dalam 10 tahun terakhir sempat berhenti membuat keris karena sakit.

Sejarah Besalen ASKI (sekarang menjadi ISI Surakarta)

Dietrich Drescher, pelaut Jerman yang menggemari keris Jawa. Saat datang ke Museum Radyapustaka, ia mengungkapkan kepada Hardjonagoro bahwa ia telah menemukan sisa-sisa besalen atau tempat membuat keris di Jitar Yogyakarta yang legendaris itu. Bersama Dietrich Drescher, Hardjonagoro lalu mendatangi Yasa dan Jeno, keturunan mpu keris di Jitar Yogyakarta. Mereka meminta dua keturunan mpu tersebut untuk membangkitkan lagi besalen yang ada dan membuat keris seperti yang ditunjukkan dalam manuskrip Mpu Djojosoekatgo. Setelah berhasil membangkitkan kembali besalen keris di Yogyakarta, Hardjonagoro bersama anggota BTA ( Bawa Rasa Tosan Aji) lainnya bertekad untuk membangkitkan besalen yang ada di Solo.
Berjalannya waktu, besalen yang berhasil dibangkitkan maupun dibuat adalah Besalen Suparman, Besalen Fauzan, Besalen ASKI (sekarang menjadi ISI Surakarta) di Sasana Mulyo Komples Kraton Surakarta. Dari besalen-besalen itu, dihasilkan keris-keris generasi Mpu Muda baru. Tahun 1980 an.
Koleksi keris Go Tik SwanPada 1988, Go Tik Swan juga membangun besalen di kediamannya yang diberi nama Besalen Surolayan, karena sebelumnya rumah itu diberi nama Ndalem Surolayan. Besalen itu dipasrahkan kepada Hardjosoewarno, pembantu kepercayaan Hardjonagoro sekaligus calon pewaris.


9  . Mpu Kiet Sing 


Mpu Kiet Sing adalah salah satu empu keris yang menonjol di dunia perkerisan, terutama karena ia merupakan murid dari almarhum Mpu Kamdi. Sebagai murid dari seorang empu yang dihormati, Mpu Kiet Sing mewarisi teknik, pengetahuan, dan filosofi yang mendalam dalam pembuatan keris.
Latar Belakang Mpu Kiet Sing
Mpu Kiet Sing memulai perjalanan sebagai empu di bawah bimbingan Mpu Kamdi, yang terkenal dengan inovasi dan kualitas tinggi dalam pembuatan keris, seperti karya terkenal "Keris Gelombang Cinta." Di bawah arahan Mpu Kamdi, Kiet Sing belajar dan menguasai berbagai aspek seni pembuatan keris, termasuk teknik tempa, pembuatan pamor, dan penanaman nilai-nilai spiritual dalam setiap karya yang dihasilkan.

10. KRT. Bagyo Sonto Djojowinoto ( Cucu dari Sontokusomo I )

Mpu Bagyo, yang dikenal juga sebagai Pak Yok Po, adalah salah satu empu terkemuka dari Surakarta dan salah satu pendiri Besalen Sasana Mulyo di Kraton Surakarta. Besalen ini menjadi salah satu pusat penting dalam dunia perkerisan, tempat di mana banyak keris berkualitas tinggi dihasilkan.


Mpu Bagyo di Besalen Sasana Mulyo

Sebagai salah satu pelopor berdirinya Besalen Sasana Mulyo pada tahun 1980-an, Mpu Bagyo bersama rekan-rekannya memainkan peran penting dalam kebangkitan Tosan Aji, yaitu seni pembuatan senjata tradisional, termasuk keris. Besalen ini menjadi tempat berkumpulnya para empu dan pecinta keris untuk melestarikan dan mengembangkan seni pembuatan keris yang sarat akan nilai budaya dan spiritual.

Salah satu karya paling terkenal dari Mpu Bagyo adalah keris Dapur Naga Sapta Kelengan. Keris ini dikenal karena desainnya yang unik dan penuh simbolisme. Dapur (desain) Naga Sapta merujuk pada bentuk keris yang menampilkan motif naga, sebuah simbol kekuatan, perlindungan, dan kebijaksanaan dalam budaya Jawa. Keris ini disebut "kelengan," yang berarti tidak memiliki pamor atau pola pada bilahnya, menjadikannya terlihat polos namun penuh dengan makna yang dalam. Meskipun tanpa pamor, keris kelengan sering kali dianggap memiliki kekuatan spiritual yang kuat. Dapur Naga Sapta Kelengan adalah contoh sempurna bagaimana keris dapat menjadi simbol kekuatan spiritual dan estetika yang sederhana namun berwibawa. Melalui karya-karyanya, termasuk Dapur Naga Sapta Kelengan, Mpu Bagyo menunjukkan bagaimana seni pembuatan keris dapat terus relevan dan dihargai di zaman modern. Dedikasinya terhadap Tosan Aji dan kontribusinya dalam mendirikan Besalen Sasana Mulyo telah memberikan dampak besar bagi dunia perkerisan, tidak hanya di Surakarta tetapi juga di seluruh Indonesia. Warisan Mpu Bagyo terus hidup melalui karya-karyanya dan generasi empu yang terinspirasi oleh dedikasinya terhadap seni dan budaya. Besalen Sasana Mulyo tetap menjadi salah satu pusat penting bagi pelestarian dan pengembangan seni pembuatan keris di Indonesia.

11. Mpu Joko


  • Latar Belakang: Mpu Joko Suryono merupakan salah satu empu muda yang muncul di Surakarta, merupakan adik dari Mpu Bagyo dan dikenal karena dedikasinya dalam melestarikan seni pembuatan keris dan pisau. Dia belajar dari empu-empu terdahulunya dan menggabungkan teknik tradisional dengan pendekatan yang lebih modern.
  • Karya: Keris-keris buatan Mpu Joko Suroto dikenal dengan kehalusan pengerjaan dan kekuatan spiritual yang terkandung di dalamnya. Dia juga dikenal sering mengadakan pelatihan dan lokakarya untuk mendidik generasi muda tentang pembuatan keris.



Penulis. :
KRT. Cahya Setyonagoro. 
NB. Monggo jika ada koreksi atau penambahan Mengenai Mpu di Kota Surakarta yang belum masuk dalam Penulisan saya. 
Tujuan dituliskannya hal ini agar sejarah tidak hilang di kemudian Hari.