Senin, 18 Oktober 2021

EMPU Keris Nusantara dalam Narasi

 MPU KERIS / EMPU KERIS / PANRE PUSAKA 

  1. Istilah Empu gelar kehormatan yang berarti "tuan";orang yang sangat ahli (terutama ahli membuat keris)

Empu merupakan julukan bagi para pembuat keris, senjata legendaris di tanah Jawa. Tak sembarang orang bisa menjadi seorang Empu. Hanya mereka yang berpengalaman dan memiliki ilmu tentang seluk beluk keris. 
Proses pembuatan keris di Indonesia dari tanah Jawa, Bali, Sumatera , Sulawesi , sampai berbagai pelosok Nusantara memiliki ciri khas yang berbeda. Akan tetapi, proses pembuatan dasarnya hampir mirip. Di awali dengan upacara Slametan agar keris yang dihasilkan lebih berkualitas. Dalam upacara Slametan disiapkan tumpeng, gudangan, ayam, buah, lauk-pauk, dan aneka macam bunga untuk mengiringi setiap doa yang dipanjatkan. 


Sulistyo Joko Suryono , Merupakan salah satu Empu di Kota Surakarta. 


Bilah besi mulai dipanaskan hingga berpijar dan dipanaskan berulang-ulang. Inilah kegiatan rutinan para Empu di dusun Banaran, Ngringo, Jaten, Karanganyar yang sampai sekarang masih tetap lestari. Bilah besi yang sudah dipanaskan berulang dan siap dibersihkan, mulai dilipat seperti huruf U serta disisipkan lempengan pamor dari batu meteorit di dalamnya. 
Awal mula kemunculan keris yang menyebar dari tanah Jawa sampai ke kawasan Asia Tenggara adalah dari abad ke-10 Masehi. Meski sebenarnya, secara prototipe keris sudah ada dan ditemukan di beberapa bangunan candi di Indonesia. Di Candi Prambanan pada abad ke-9 dan Candi Borobudur pada abad ke-8. Bentuk keris yang ditemukan pada masa itu berbeda dengan keris hasil lestarian penduduk pada abad ke-10 sampai sekarang. 
Dalam proposal Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage and Humanity oleh UNESCO pada 2004 dijelaskan secara prinsipil memiliki fungsi sebagai tradisi, fungsi sosial, seni, filosofi, dan mistis. UNESCO mencatat ada 120 varian keris di Indonesia. Bila bicara kerumitan maknawi keris, simboliknya lebih mengarah pada fenomena budaya Jawa. 




Cahya Surya Harsakya, ketika Menempa bilah Tosan Aji. 

Logam dasar yang digunakan dalam pembuatan keris ada dua macam logam adalah logam besi dan logam pamor, sedangkan pesi keris terbuat dari baja. Untuk membuatnya ringan para Empu selalu memadukan bahan dasar ini dengan logam lain. Keris masa kini (nèm-nèman, dibuat sejak abad ke-20) biasanya memakai logam pamor nikel. Keris masa lalu (keris kuna) yang baik memiliki logam pamor dari batu meteorit yang diketahui memiliki kandungan titanium yang tinggi, di samping nikel, kobalperaktimah putihkromiumantimonium, dan tembaga. Batu meteorit yang terkenal adalah meteorit Prambanan, yang pernah jatuh pada abad ke-19 di kompleks percandian Prambanan.
Pembuatan keris bervariasi dari satu empu ke empu lainnya, tetapi terdapat prosedur yang biasanya bermiripan. Berikut adalah proses secara ringkas menurut salah satu pustaka.[23] Bilah besi sebagai bahan dasar diwasuh atau dipanaskan hingga berpijar lalu ditempa berulang-ulang untuk membuang pengotor (misalnya karbon serta berbagai oksida). Setelah bersih, bilah dilipat seperti huruf U untuk disisipkan lempengan bahan pamor di dalamnya. Selanjutnya lipatan ini kembali dipanaskan dan ditempa. Setelah menempel dan memanjang, campuran ini dilipat dan ditempa kembali berulang-ulang. Cara, kekuatan, dan posisi menempa, serta banyaknya lipatan akan memengaruhi pamor yang muncul nantinya. Proses ini disebut saton. Bentuk akhirnya adalah lempengan memanjang. Lempengan ini lalu dipotong menjadi dua bagian, disebut kodhokan. Satu lempengan baja lalu ditempatkan di antara kedua kodhokan seperti roti sandwich, diikat lalu dipijarkan dan ditempa untuk menyatukan. Ujung kodhokan lalu dibuat agak memanjang untuk dipotong dan dijadikan ganja. Tahap berikutnya adalah membentuk pesi, bengkek (calon gandhik), dan terakhir membentuk bilah apakah berluk atau lurus. Pembuatan luk dilakukan dengan pemanasan.

Tahap selanjutnya adalah pembuatan ornamen-ornamen (ricikan) dengan menggarap bagian-bagian tertentu menggunakan kikirgerinda, serta bor, sesuai dengan dhapur keris yang akan dibuat. Silak waja dilakukan dengan mengikir bilah untuk melihat pamor yang terbentuk. Ganja dibuat mengikuti bagian dasar bilah. Ukuran lubang disesuaikan dengan diameter pesi.

Tahap terakhir, yaitu penyepuhan, dilakukan agar logam keris menjadi logam besi baja. Pada keris Filipina tidak dilakukan proses ini. Penyepuhan ("menuakan logam") dilakukan dengan memasukkan bilah ke dalam campuran beleranggaram, dan perasan jeruk nipis (disebut kamalan). Penyepuhan juga dapat dilakukan dengan memijarkan keris lalu dicelupkan ke dalam cairan (air, air garam, atau minyak kelapa, tergantung pengalaman Empu yang membuat). Tindakan penyepuhan harus dilakukan dengan hati-hati karena bila salah dapat membuat bilah keris retak.

Selain cara Penyepuhan yang lazim seperti diatas dalam penyepuhan Keris dikenal pula Sepuh jilat yaitu pada saat logam Keris membara diambil dan dijilati dengan lidah, Sepuh Akep yaitu pada saat logam Keris membara diambil dan dikulum dengan bibir beberapa kali . 

 

.. setiap laki-laki di Jawa, tidak peduli kaya atau miskin, harus memiliki sebilah keris di rumahnya ... dan tidak ada satu pun laki-laki berusia antara 12 dan 80 tahun bepergian tanpa sebilah keris di sabuknya. Keris diletakkan di punggung, seperti belati di Portugal...

— Tome Pires, "Suma Oriental"


. . Orang-orang ini [Majapahit] selalu mengenakan pu-la-t'ou (belati? atau beladau?)yang diselipkan pada ikat pinggang. [...], yang terbuat dari baja, dengan pola yang rumit dan bergaris-garis halus pada daunnya; hulunya terbuat dari emas, cula, atau gading yang diukir berbentuk manusia atau wajah raksasa dengan garapan yang sangat halus dan rajin.

— Ma Huan, "Ying-yai Sheng-lan Fai"


...Senjata sang prabu ialah: pedang, abet (pecut), pamuk, golok, peso teundeut, keris. Raksasa yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk membunuh...

— Sanghyang siksakanda ng karesian, Pupuh XVII









Tidak ada komentar:

Posting Komentar