Selasa, 04 Juli 2023

KERIS SAJEN , EPS 2. " KERIS SAJEN DAN FIGUR LELUHUR"

 KERIS SAJEN DAN FIGUR LELUHUR

Oleh; Dian Widiyanarko


Keris sederhana (primitif) berhulu besi berbentuk manusia yang menyatu dengan bilahnya (iras), selama ini dikenal sebagai Keris Sajen atau Keris Putut. Disebut Keris Sajen karena keris ini diyakini dibuat sebagai salah satu pelengkap sesaji. Sedangkan sebutan Keris Putut berasal dari hulunya yang dinilai menggambarkan Putut atau petapa.

Banyak yang meyakini keris ini dibuat untuk sesaji yang kemudian dikubur atau dilarung. Ada juga narasi bahwa keris ini berfungsi untuk media menangkap dan mengurung roh jahat, untuk dibuang jauh-jauh atau dikubur dalam-dalam. Walhasil banyak yang takut menyimpan keris jenis ini di dalam rumah.

Benarkan begitu? Saya termasuk yang meragukan narasi itu.

Sependapat dengan Pak Jimmy S Harianto yang juga meragukan hal tersebut. Pak Jimmy yang banyak mengumpulkan Keris Sajen sejak lebih dari 30an tahun, mengungkapkan bahwa keris ini dibuat dengan sangat serius, maka sayang jika dibuat hanya untuk dibuang.

Apalagi jika dlihat dengan seksama, keris ini baik yang berbentuk lurus, luk, mirip Keris Sombro, sampai yang berbentuk Cundrik, semuanya ditemukan dalam kondisi baik walau sudah ratusan tahun usianya. Tidak compang-camping seperti keris temuan sawah atau sungai.

Maka bisa diasumsikan keris jenis ini tampaknya disimpan dengan baik di tempat yang terlindung. Misalnya di dalam tempat ibadah atau candi, atau di dalam rumah. Seperti keris serupa yang ditemukan di dalam puncak Candi Borobudur.

Itu karena keris ini dibuat sebagai jimat atau amulet. Ini sesuai dengan yang ditulis kolektor dan peneliti Keris Sajen; Theo Alkema, Ben Grishaaver, dan Karel Sirag, dalam buku “Iron Ancestors: Keris Sajen, Keris Majapahit, and Related Objects” (2010).

Theo dkk. mengungkapkan keris seperti ini tidak hanya ada di Jawa tapi juga di daerah lainnya di Nusantara. Misalnya ada Keris Sajen luk sembilan dari Keluarga Sultan Iskandar Muda dari Aceh yang kemudian dibawa ke Belanda. Ada juga keris serupa di Kalimantan yang disebut Keris Dohongs dan lain sebagainya.

Keris ini berfungsi sebagai jimat atau spiritual object. Berbeda dengan keris hulu terpisah (separated hilt) yang lebih besar dan fungsional senjata tikam.

Keris seperti ini menurut Theo dkk. dikenal sebagai Keris Majapahit, padahal usianya lebih tua dari zaman Majapahit. Sebutan itu lebih pada aspek marketing, terutama di dunia Barat, di mana orang lebih tertarik dengan label Keris Majapahit. Jadi bukan merujuk pembuatan di era Majapahit.

Theo dkk. mengungkapkan keris ini terisnspirasi oleh senjata tikam dari Kebudayaan Dong Son yang dikenal dengan Dong Son Dagger. Dari bentuk Dong Son Dagger ini kemudian dimodifikasi dengan pengaruh budaya Nusantara dan menjadi bentuk Keris Sajen.

Maka jika di Dong Son Dagger orang di hulunya berdiri dan berkacak pinggang, di Keris Sajen orangnya jongkok (squatting position). Ini menggambarkan posisi bayi di dalam kandungan yang bermakna asal mula kehidupan (sangkan dumadi). Ada pula yang memaknai posisi duduk para dewa (pralambapada positon).

Mengenai bentuk orang di hulu besi iras ini, Theo dkk. menyatakan bahwa itu adalah figur leluhur yang diukir di besi: Iron Ancestors. Ini lebih cocok dibanding tafsiran itu figur Putut atau petapa (ada yang bilang Putut ini asisten petapa).

Figur leluhur lebih pas, karena leluhur punya peranan sentral bagi masyarakat di Nusantara. Penghormatan dan kepercayaan akan perlindungan dari leluhur sangat kental. Tak heran jika kemudian figur leluhur dimunculkan pada keris yang dibuat untuk menjadi amulet atau jimat.

Jimat yang dibawa atau disimpan di tempat terlindung inilah, yang membuat keris ini terjaga melewati banyak generasi. Saya sendiri pernah melihat nenek buyut saya menyimpan jenis keris ini di kamar tidurnya. Bentuknya persis cundrik yang ada di tempat Pak Jimmy dan di buku Iron Ancestors.

Lalu apakah Keris Sajen adalah induk dari semua keris?

Theo dkk. mengatakan memang keris dengan figur leluhur ini termasuk keris tua dan mula-mula, tapi bukan induk semua jenis keris. Karena selain Keris Sajen yang dipengaruhi Dong Son Dagger, belati India berbentuk daun atau Kadga, juga memberikan pengaruh. Pengaruh India ini melahirkan bilah lain yang kemudian melahirkan keris Budha sampai jadi keris terkini.

Keris dalam bentuk dan fungsi terkini merupakan hasil evolusi berabad-abad dengan pengaruh berbagai budaya dan kepercayaan. Termasuk dari Keris Sajen, terutama pada aspek spiritual object.

KERIS SAJEN , EPS 1. "PROTOTYPE KERIS PERTAMA"

 'Prototipe' Keris awalnya dibuat secara 'iras'

Oleh; Ady Sulistyono


"Artefak' dapat dikatakan sebagai 'fosil tingkah laku' manusia atau 'ide
yang memfosil' yaitu ide yang tersembunyi didalam gagasan dari
sipembuatnya (Deetz, 1967, 46-48).""
Pada karyaseni keris seperti karyaseni-karyasenii lainnya dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
- karyaseni Primitip : diwujudkan kedalam bentuk yang sangat sederhana dan tidak terikat aturan kerajaan.
- karya seni klasik : diwujudkan kedalam bentuk yang sempurna mengikuti aturan kerajaan.
Sebagai 'prototype' Keris awalnya dibuat secara 'iras' /satu bagian dan satu bahan sejak dari bagian bilah-methuk-jejeran (hulu/danganan/deder). Masih diwujudkan secara sederhana belum terikat oleh gaya kerajaan, masuk kedalam kriteria 'seni primitip'. Selanjutnya dalam pengembangan oleh generasi selanjutnya seiring sudah adanya kerajaan beberapa bagian dari prototype keris yang semula 'iras' mulai dibuat secara terpisah, yaitu Bilah - Gonja - Methuk dan bagian Jejeran/Hulu yang sudah 'didelegasikan' pembuatannya kepada orang lain, dibuat dengan bahan lain seperti Emas, Perak, Gading dan Kayu dengan bentuk 'ganan' dibuat berupa tokoh Dewa2 atau sosok manusia selanjutnya pada tradisi tertentu terjadi 'stilasi' pada bentuk-bentuk ganan tsb sehingga menjadi ukiran/deder seperti yang dipakai oleh Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta.

Perkembangan selanjutnya bagian 'methuk' yang semula berbahan dari 'besi wasuhan' yang dibuat dan dikerjakan oleh Sang Mpu keris sebagai contoh pada bilah keris yang disebut 'Jalak buda', didelegasikan pembuatannya kpd 'tukang kemasan' dg sedikit perubahan sebagai sebuah inovasi pada bentuk maupun bahannya (emas, perunggu, perak, tembaga) dan penambahan batu permata (intan, mirah dsb) yang kemudian disebut 'Mendhak' atau apapun sebutannya menurut daerah masing2. Menjadi tanggung jawab insan perkerisan untuk menelusuri mulai kapan perubahan methuk menjadi mendhak terjadi.

Tentang pemaknaan atau penanaman simbol yang disematkan pada Keris akan berbanding lurus dengan Kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya, dari kepercayaan-kepercayaan asli dari para leluhur Nusantara sampai masuknya Agama 'Çiwa-Budha-Islam. Adanya perubahan kepercayaan yang dianut Keris tetap dibuat mengindikasikan bahwa simbol-simbol yang sejak awal mula ditanamkan tidaklah bertentangan dengan kaidah-kaidah yang berlaku pada kepercayaan-kepercayaan baru yang dianut. Seperti kita ketahui bahwa masyarakat leluhur kita dalam kepercayaannya sejak awal menganut konsep monotheisme yang juga merupakan konsep dasar yang digunakan pada agama-agama selanjutnya yang datang ke Nusantara dlm ber-Tuhan.
Karya Keris sebagai sebuah karya seni yang masuk kedalam ranah 'Seni Tradisi' mempunyai 'karakteristik' bahwa generasi selanjutnya juga membawakan 'gaya-gaya' sebelumnya, sehingga karya Keris yang 'iras' juga masih dibuat oleh generasi berikutnya, diera Majapahit, Cirebon.
Adanya keris yang dibuat secara iras yang ditemukan di Stupa puncak Candi Borobudur yang 'bergaya primitip' bisa mengindikasikan bahwa 'prototype keris' pada waktu itu sudah ada dan bahkan keris iras tersebut dibuat/sudah ada di era sebelumnya.

Dari artefak-artefak Keris dari yang iras dan yang tidak iras maka kita dapat mengetahui dan memahami perjalanan sejarah, pengembangan dan penyempurnaan yang dilakukan oleh generasi selanjutnya sehingga menjadi seperti bilah keris/keris yang kita lihat saat ini.
Manusia adalah mahkluk pengguna simbol-simbol (homo symbolicus) adanya bentuk tempat memegang/pegangan yang berujud 'ganan manusia' (sering disebut puthut) pada bilah 'keris iras' sebagai purwarupa bilah keris mempunyai rmakna bahwa keris adalah simbolisasi dari si manusia itu sendiri.

Disebut dengan 'prototype/purwarupa' karena pada kenyataannya terjadi 'pengembangan/penyempurnaan' oleh generasi selanjutnya seperti 'kisah perjalanan' yang saya uraikan diatas.
Contoh gambar : beberapa 'Keris Iras' dengan berbagai 'gaya jaman', salah satunya ditemukan di Stupa Borobudur.

Minggu, 02 Juli 2023

Keris Pasopati

 Keris dengan dapur Pasopati 

Foto; Komunitas Cinta Budaya 

Keris dengan dapur Pasopati sarat dengan makna dan filsafat yang sangat dalam. Pasopati adalah simbol akan kepemimpinan, suatu perjuangan dan sebuah kesetiaan. Ricikan keris lurus tanpa luk agar orang yang memilikinya tidak akan goyah pendiriannya, lurus dalam perjalanan hidupnya, serta menjadi seorang pemimpin yang berpendirian teguh. 

Itulah sebabnya kepemilikan keris dhapur Pasopati pada jaman dahulu identik dengan senopati atau panglima perang. Tidak sembarang orang dapat memiliki keris dhapur tersebut. Dan hingga kini keris berdhapur Pasopati banyak diburu oleh mereka yang terjun dalam dunia politik dan militer