Selasa, 04 Juli 2023

KERIS SAJEN , EPS 1. "PROTOTYPE KERIS PERTAMA"

 'Prototipe' Keris awalnya dibuat secara 'iras'

Oleh; Ady Sulistyono


"Artefak' dapat dikatakan sebagai 'fosil tingkah laku' manusia atau 'ide
yang memfosil' yaitu ide yang tersembunyi didalam gagasan dari
sipembuatnya (Deetz, 1967, 46-48).""
Pada karyaseni keris seperti karyaseni-karyasenii lainnya dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
- karyaseni Primitip : diwujudkan kedalam bentuk yang sangat sederhana dan tidak terikat aturan kerajaan.
- karya seni klasik : diwujudkan kedalam bentuk yang sempurna mengikuti aturan kerajaan.
Sebagai 'prototype' Keris awalnya dibuat secara 'iras' /satu bagian dan satu bahan sejak dari bagian bilah-methuk-jejeran (hulu/danganan/deder). Masih diwujudkan secara sederhana belum terikat oleh gaya kerajaan, masuk kedalam kriteria 'seni primitip'. Selanjutnya dalam pengembangan oleh generasi selanjutnya seiring sudah adanya kerajaan beberapa bagian dari prototype keris yang semula 'iras' mulai dibuat secara terpisah, yaitu Bilah - Gonja - Methuk dan bagian Jejeran/Hulu yang sudah 'didelegasikan' pembuatannya kepada orang lain, dibuat dengan bahan lain seperti Emas, Perak, Gading dan Kayu dengan bentuk 'ganan' dibuat berupa tokoh Dewa2 atau sosok manusia selanjutnya pada tradisi tertentu terjadi 'stilasi' pada bentuk-bentuk ganan tsb sehingga menjadi ukiran/deder seperti yang dipakai oleh Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta.

Perkembangan selanjutnya bagian 'methuk' yang semula berbahan dari 'besi wasuhan' yang dibuat dan dikerjakan oleh Sang Mpu keris sebagai contoh pada bilah keris yang disebut 'Jalak buda', didelegasikan pembuatannya kpd 'tukang kemasan' dg sedikit perubahan sebagai sebuah inovasi pada bentuk maupun bahannya (emas, perunggu, perak, tembaga) dan penambahan batu permata (intan, mirah dsb) yang kemudian disebut 'Mendhak' atau apapun sebutannya menurut daerah masing2. Menjadi tanggung jawab insan perkerisan untuk menelusuri mulai kapan perubahan methuk menjadi mendhak terjadi.

Tentang pemaknaan atau penanaman simbol yang disematkan pada Keris akan berbanding lurus dengan Kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya, dari kepercayaan-kepercayaan asli dari para leluhur Nusantara sampai masuknya Agama 'Çiwa-Budha-Islam. Adanya perubahan kepercayaan yang dianut Keris tetap dibuat mengindikasikan bahwa simbol-simbol yang sejak awal mula ditanamkan tidaklah bertentangan dengan kaidah-kaidah yang berlaku pada kepercayaan-kepercayaan baru yang dianut. Seperti kita ketahui bahwa masyarakat leluhur kita dalam kepercayaannya sejak awal menganut konsep monotheisme yang juga merupakan konsep dasar yang digunakan pada agama-agama selanjutnya yang datang ke Nusantara dlm ber-Tuhan.
Karya Keris sebagai sebuah karya seni yang masuk kedalam ranah 'Seni Tradisi' mempunyai 'karakteristik' bahwa generasi selanjutnya juga membawakan 'gaya-gaya' sebelumnya, sehingga karya Keris yang 'iras' juga masih dibuat oleh generasi berikutnya, diera Majapahit, Cirebon.
Adanya keris yang dibuat secara iras yang ditemukan di Stupa puncak Candi Borobudur yang 'bergaya primitip' bisa mengindikasikan bahwa 'prototype keris' pada waktu itu sudah ada dan bahkan keris iras tersebut dibuat/sudah ada di era sebelumnya.

Dari artefak-artefak Keris dari yang iras dan yang tidak iras maka kita dapat mengetahui dan memahami perjalanan sejarah, pengembangan dan penyempurnaan yang dilakukan oleh generasi selanjutnya sehingga menjadi seperti bilah keris/keris yang kita lihat saat ini.
Manusia adalah mahkluk pengguna simbol-simbol (homo symbolicus) adanya bentuk tempat memegang/pegangan yang berujud 'ganan manusia' (sering disebut puthut) pada bilah 'keris iras' sebagai purwarupa bilah keris mempunyai rmakna bahwa keris adalah simbolisasi dari si manusia itu sendiri.

Disebut dengan 'prototype/purwarupa' karena pada kenyataannya terjadi 'pengembangan/penyempurnaan' oleh generasi selanjutnya seperti 'kisah perjalanan' yang saya uraikan diatas.
Contoh gambar : beberapa 'Keris Iras' dengan berbagai 'gaya jaman', salah satunya ditemukan di Stupa Borobudur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar