Senin, 22 Mei 2023

Sastra Jendra Hayuningrat

Mencapai Titik Spiritual Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu


 Puncak dari ilmu nusantara bersemayam dalam Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. Ilmu Sastra Jendra adalah Jnana Yoga tingkat Tinggi.

Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu merupakan wejangan berupa mantra sakti untuk keselamatan dari unsur-unsur kejahatan di dunia. Wejangan atau mantra tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan Sedulur Papat yang kemudian diikuti bangkitnya saudara Pancer atau sukma sejati. Seseorang yang mendapat wejangan itu diyakini akan mendapat kesempurnaan.



Mengenal Sastra Jendra Hayuningrat

Mengenal secara singkat tentang Sastra Jendra. Bagi orang yang belajar kawruh Kejawen, tajuk diatas tentu bukanlah hal yang asing lagi. Sastra Jendra Hayuningrat Meskipun banyak yang sudah mendengar kata-kata tersebut, tetapi jarang ada yang mengetahui apa makna yang terkandung sebenarnya. 

Secara harafiah, arti Sastra Jendra Hayuningrat adalah suatu ujung dari segala akhir ilmu atau pepuntoning laku, atau akhir dari penjelmaan hidup.

Menurut Wedatama, Sastra Jendra Hayuningrat merupakan ilmu Kasampurnaan atau Ilmu Luhur, yaitu suatu ilmu tentang esensi daripada wujud atau ilmu kalam dan disebut juga Ilmu Theologi. 

Sedangkan penjelasan paling sederhana dari R. Ng. Ronggo Warsito, Sastra Jendra Hayuningrat adalah jalan atau cara untuk mencapai kesempurnaan hidup. Apabila semua orang di dunia ini melakukannya, maka bumi akan sejahtera.

Nama lain dari Sastra Jendra Hayuningrat adalah sastra cetha yang berarti sastra tanpa papan dan tanpa tulis. 

Walaupun tanpa papan dan tulis, tetapi maknanya sangat terang dan bisa digunakan sebagai serat Paugeraning Gesang.

Ada beragam tahapan ber 'tapa'  yang harus dilalui untuk mencapai hal itu.

Tapa Jasad: Tapa jasad adalah mengendalikan atau menghentikan gerak tubuh dan gerak fisik. Lakunya tidak dendam dan sakit hati. Semua yang terjadi pada diri kita diterima dengan legowo dan tabah.

Tapa Budhi: Tapa Budhi memiliki arti menghilangkan segala perbuatan diri yang hina, seperti halnya tidak jujur kepada orang lain.

Tapa Hawa Nafsu: Tapa Hawa Nafsu adalah mengendalikan nafsu atau sifat angkara murka yang muncul dari diri pribadi kita. Lakunya adalah senantiasa sabar dan berusaha mensucikan diri, mudah memberi maaf dan taat pada Gusti Allah Kang Moho Suci.

Tapa Cipta: Tapa Cipta berarti Cipta/otak kita diam dan memperhatikan perasaan secara sungguh-sungguh atau dalam bahasa Jawanya ngesti surasaning raos ati. Berusaha untuk menuju heneng-meneng- khusyuk - tumakninah , sehingga tidak mudah diombang-ambingkan siapapun dan selalu heningatau waspada agar senantiasa mampu memusatkan pikiran pada Gusti Allah semata.

Tapa Sukma: Dalam tahapan ini kita terfokus pada ketenangan jiwa. Lakunya adalah ikhlas dan memperluas rasa kedermawanan dengan senantiasa eling pada fakir miskin dan memberikan sedekah secara ikhlas tanpa pamrih.

Tapa Cahya: Ini merupakan tahapan tapa yang lebih dalam lagi. Prinsipnya tapa pada tataran ini adalah senantiasa eling, awas dan waspada sehingga kita akan menjadi orang yang waskitha (tahu apa yang bakal terjadi).

Tentu saja semua ilmu yang kita dapatkan itu bukan dari diri kita pribadi, melainkan dari Gusti Allah. Semua ilmu tersebut merupakan 'titipan', sama dengan nyawa kita yang sewaktu-waktu bisa diambil Gusti Allah sebagai Sang Pemilik dari segalanya. Jadi tidak seharusnya kita merasa sombong dengan ilmu yang sudah dititipkan Gusti Allah kepada kita. Matur Nuwun.

https://youtu.be/3XuOjLFyG5M

Sastra Cêtha 

Sang Hyang Bathara Endra atampi wasita saking ingkang rama Sang Hyang Guru, wêdharipun muhung cipta sasmita kemawon, ing jaman kadewatan dipun wastani Sastraharjendra, lêrêsing têmbung: sastraharjaendra, wijangipun, sastra: tulis, arja: yuwana = slamêt. Endra: Bathara Endra, dene kêplasing kajêngipun, sipat kalanggênganipun Sang Hyang Bathara Endra, manawi sumêrêp kajatosanipun makatên wau, saèstu hayuningrat, amumpuni ing jagad raya, ing ngriku inggahipun dipun wastani Sastra Cêtha.

Sastra Cêtha :

Sang Hyang Wisnu lajêng ambabarakên Sastra Cêtha, kados ingkang kasêbut ing ngandhap punika.

Ambêking surya, ambêking bumi, ambêking angin, ambêking samudra, ambêking langit, maka  disebut pănca purwanda, têgêsipun witing dumadi saking gangsal prakawis, punika têngkar dados praboting gêsang, wijangipun makatên.

- Surya, punika kaananing latu (api) .

- Bumi, punika kaananing jagad, dunya (tanah). 

- Angin, punika kaananing prabawa.

- Samudra, punika kaananing toya (air) 

Kasebut sakawan punika dados anasir wanda, kosokwangsulipun dados anasir absara, têgêsipun alus wadhag. Yèn tumrap anasir wanda: bumi, gêni, angin, banyu, dadosipun ing gêsang: bumi dados badan, tumangkar dados sakawan: daging, otot, balung, sungsum.

(Ket : Kalau menjadi tubuh manusia  urut-urutanya Bumi menjadi yg urutan yg pertama : bumi-api-angin-air, karena manusia  asalnya dari tanah). 

Gêni dados napsu, amratandhani cahya sakawan: cêmêng, abrit, jêne, pêthak.

Cahya cêmêng (hitam) napsu luamah.

Cahya abrit (merah) , napsu amarah.

Cahya jêne (kuning) , napsu supiyah.

Cahya pêthak (putih) , napsu mutmainah

... dst

(Sumber : Sastrajendra Hayuningrat, Warsadiningrat, 1920).

Kitab-kitab Suci dari Agama - agama yang disampaikan secara tertulis adalah Sastrajendra Huyuningrat, karena esensi yg disampaikan adalah bermakna sama yaitu agar manusia mendapatkan 'kebahagiaan, terlepas dari kesengsaraan sewaktu hidup didunia maupun hidup sesudah hidup didunia''



Tak selamanya orang-orang yang dekat denganmu akan senantiasa dapat menemanimu.

Tak selamanya orang-orang yang bersamamu akan selalu dapat mengerti keadaanmu.

Tak selamanya orang-orang yang biasa menolongmu ia akan hadir menolongmu.

Demikianlah, sedekat apapun, sekuat apapun dan sehebat apapun manusia, sejatinya ia tetap memiliki keterbatasan.

Karena itulah, jangan berharap sepenuhnya kepada manusia. 

Tapi berharaplah sepenuhnya kepada Allah.

Sebab akan ada saatnya dimana kamu sendiri menghadapi masalah yang berat dan tak seorangpun dapat menemanimu.

Ada saatnya dimana kamu sendiri mengalami sebuah kekecewaan yang mendalam dan tak seorangpun dapat mengerti keadaanmu.

Selamat pagi dan semangat selalu dalam beraktifitas, pada hari Selasa. Semoga kita semua dalam keadaan sehat, bahagia dan bersyukur selalu. Tuhan memberkati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar