Sejarah Tosan Aji Cor ( Casting)
Bagian 1.
Artefak Perunggu Abad 7
Meski jaman perunggu lahir sejak sebelum masehi, tetapi untuk penemuan benda2 seni dari bahan perunggu, ada yang berlapis emas atau Kuningansari, atau ada juga perunggu dipadu dengan besi di Nusantara, hadir pada era kerajaan Medang, mungkin juga Kalingga hingga Majapahit, atau sekitar abad ke 7 sampai 14. Dengan demikian, artefak2 ini berkembang di era Budha hingga Hindu.
Berbagai penemuan itu telah banyak dikaji baik di Museum maupun di Balai lelang. Beberapa peninggalan ada di Museum Nasional, Museum daerah dan bahkan di Museum2 luar negeri. Bahkan tidak sedikit benda2 bersejarah kita seperti patung perunggu, patung emas dan lainnya dilelang di Balai lelang internasional seperti Christie dan lainnya.
Salah satu penemuan yang sangat menarik adalah Keris dengan lapisan Kuningansari atau ada juga yang emas. Salah satu referensi yang paling dekat dengan keris2 seperti ini adalah Knaud Keris. Keris dengan relief yang diyakini peninggalan era Majapahit (abad ke 14) yang sekarang berada di Tropen Museum Belanda. Ia dibuat dari besi yang dilapis perunggu kuningansari yang kemudian dibikin relief. Sangat indah dan spektakuler. Sampai sejauh ini ia masih satu-satunya yang ada. Selain itu ada beberapa artefak di kalangan antik yang menemukan keris2 dari era Sriwijaya di wilayah sungai Musi dan Batanghari, juga di aliran sungai Brantas dari era Kediri sampai Majapahit yang juga terbuat dari perunggu berlapis emas atau ada yg Kuningansari. Seorang kawan pernah menunjukkan hasil penemuan dari sungai Musi, sebilah keris luk 3 yg terbuat dari perunggu berlapis emas juga dan pernah di pameran di Bentara Budaya - Jakarta.
Memang jumlahnya sangat sedikit karena keris - keris seperti ini dulunya bisa jadi hanya raja, Pangeran dan pembesar - pembesar kerajaan yang boleh memiliki. Dan itupun digunakan dalam acara - acara besar atau ritual - ritual khusus saja. Karena jarang itulah maka menjadikan koleksi penemuan - penemuan seperti ini menjadi sangat berharga dan diburu oleh para kolektor antik dan bersejarah. Bahkan malah sering disembunyikan keberadaannya sehingga sedikit yang bisa dikaji oleh para sejarawan dan arkeolog kita. Semoga sejarawan2 kita bisa mengungkap secara mendalam sejarah Nusantara di era jaman Perunggu ini.
Sumber ; MM. Hidayat . Dokumentasi foto keris perunggu dari museum Belanda. Keris perunggu dengan teknik cor ( casting) dan beberap Patung Perunggu lain pada era abad 14.
Keris Knaud, juga dikenal dengan sebutan Kris of Knaud atau Knaud's Kris, adalah keris tertua yang pernah tercatat di dunia.[1] Keris ini dihadiahkan kepada Charles Knaud, seorang dokter Belanda, oleh Paku Alam V pada abad ke-19 dan saat ini dipamerkan di Tropenmuseum, Royal Tropical Institute, Amsterdam.
Teknik Urik
Teknik Urik Merupakan suatu perpaduan teknik yang menggabungkan teknik tempa lipat dan casting ( cor logam).
dalam KBBI berarti juga ;
urik KN peranti utk melubangi kerangka keris (sejenis pahat);
nguriki 1 melubangi dengan menggunakan urik; 2 membersihkan.
Teknik Urik sendiri cukup rumit ketika keris yang pada dasarnya merupakan logam pamor lalu diberikan lelehan logam biasanya kuningan, perak ataupun emas, lalu di pahat / ukir pada bagian yang sudah direncanakan. teknik ini juga pernah diterapkan pada Keris Tertua yaitu keris dokter Knaud's.
Doc. Foto Mpu KRT. Subandi Suponingrat . Menunjukkan teknik Urik perpaduan antara Keris tempa diberikan lelehan logam (emas) lalu di ukir (carving) pada bilahnya.
Archaeologists in Germany have unearthed a sword from a Bronze Age burial, and the weapon is in such good condition that it still gleams. The 3,000-year-old sword, discovered in the town of Nördlingen in Bavaria, was found in the burial of a man, woman and child. It appears that the trio were buried in quick succession, but it's unclear if they are related to one another, according to a statement the Bavarian State Office for Monument Protection released on Wednesday (June 14). The sword is so well preserved, "it almost still shines," according to the translated statement. The weapon has an ornate octagonal hilt crafted from bronze that now has a greenish tinge, as bronze contains copper, a metal that oxidizes when exposed to air and water. Archaeologists dated the sword to the end of the 14th century B.C. Sword discoveries from this time and region are rare, as many middle Bronze Age graves were looted over the millennia, the team said. Researchers know of two manufacturing areas for octagonal swords in Germany. One region, a local one, was in southern Germany, while the other hailed from northern Germany and Denmark, according to the statement. It's unknown where the newfound sword was cast. Para arkeolog di Jerman telah menemukan pedang dari pemakaman Zaman Perunggu, dan senjatanya dalam kondisi baik sehingga masih berkilauan. Pedang berusia 3000 tahun, ditemukan di kota Nördlingen di Bayern, ditemukan di pemakaman seorang pria, wanita, dan anak-anak. Tampaknya kerangka tersebut terkubur secara berurutan, tetapi tidak jelas apakah mereka berhubungan satu sama lain, menurut sebuah pernyataan Kantor Negara Bagian Bavarian untuk Perlindungan Monumen yang dirilis pada hari Rabu (14 Juni). Pedang itu sangat terpelihara dengan baik, "hampir masih bersinar," menurut pernyataan yang diterjemahkan. Senjata ini memiliki gagang oktagon berhias yang dibuat dari perunggu yang sekarang memiliki warna hijau, karena perunggu mengandung tembaga, logam yang teroksidasi ketika terkena udara dan air. Para arkeolog memberi tanggal pedang hingga akhir abad ke-14 SM. Penemuan pedang dari waktu dan wilayah ini jarang terjadi, karena banyak kuburan Zaman Perunggu pertengahan dijarah selama ribuan tahun, kata tim. Para peneliti mengetahui dua area manufaktur untuk pedang segi delapan di Jerman. Satu wilayah, yang satu lokal, berada di Jerman selatan, sementara yang lainnya berasal dari Jerman utara dan Denmark, menurut pernyataan itu. Tidak diketahui di mana pedang yang baru ditemukan itu dilemparkan.
Sumber ;
- Van Duuren, D. ‘Een teruggevonden Indo-Javaans Unicum: De 'Kris van Knaud'. In: Aziatische Kunst, 34-2.’ (Publisher: VVAK, Amsterdam, 2004);
- Duuren, D., Charles Knaud's Keris, the oldest dated keris in the world: Legend - History - Iconography - Metallurgy. Leiden: Ethnographic Art Books, 2022 (ISBN 978-90-5450–026-1)
- Krom, N.J. ‘Hindoe-Javaansche Kunst’ (2-volume, Eindhoven, 1920)
- van Duuren, David (2002). Krisses: a critical bibliography. Pictures Publishers. hlm. 110. ISBN 978-90-73187-42-9. Diakses tanggal 6 March 2011.
- ^ Van Asdonck, Marjolein ‘Het sprookje van de kris.’ (Moesson Magazine, Volume 50, no.5, November 2005) p.27
- ^ Stevens, Th. Vrijmetselarij en samenleving in Nederlands Indie en Indonesie 1764-1962 (Publisher: Verloren, Hilversum) P.40 ISBN 90-6550-378-1
- ^ Van Asdonck, Marjolein ‘Het sprookje van de kris.’ (Moesson Magazine, Volume 50, no.5, November 2005) p.27 [1] Diarsipkan 2013-10-02 di Wayback Machine.
- ^ Muskens, Roland. "Knaud's Kris". Colonial Past, Global Future: 100 Years of The Royal Tropical Institute. Royal Tropical Institute. hlm. 65. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-09. Diakses tanggal 2013-09-28.
- ^ ab Van Duuren, D. ‘Een teruggevonden Indo-Javaans Unicum: De 'Kris van Knaud'. In: Aziatische Kunst, 34-2.’ (Publisher: VVAK, Amsterdam, 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar