Rabu, 16 Oktober 2019

Pencucian Bilah Badik Temuan Mattaompang

Pencucian Bilah Badik Temuan 

Tradisi dapat ditunjukkan dari hasil budaya yang masih ditemui, baik yang sederhana maupun modern. Hal ini merupakan kemajuan pola pikir nenek moyang kita dalam berkarya baik secara fisik maupun non fisik. Sebagai hasil teknologi, kebudayaan fisik cepat mengalami perkembangan. Kebudayaan sendiri merupakan kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan dari generasi berikutnya yang memiliki kelemahan dan keunggulan, oleh karena itu, tidak ada kebudayaan yang sempurna.
Mattaompang ( pencucian dan pembersihan ) pusaka merupakan salah satu cara merawat benda benda pusaka seperti badik dan keris yang di anggap memiliki tuah.
 
 
 
 
 
 
Kegiatan komunitas dalam Mattaompang bertujuan untuk mendekatkan generasi muda dengan tradisi yang masih ada di dalam lingkungannya, supaya generasi muda dapat mencintai budaya lokal sendiri dan juga tradisi ini sebagai ajang silahturahmi.

Pusaka merupakan simbol tersendiri bagi pemiliknya. maka dari itu dijaga agar terhindar dari korosi dan karat besi yang membuat besi tersebut tidak awet. karat sendiri dapat menghancurkan pusaka yang berumur cukup tua, sehingga dalam merawatnya memerlukan cairan khusus dan dalam tradisinya memerlukan jeruk sebagai netralisisr dan merawat pusaka agar tidak korosi.



Jumat, 11 Oktober 2019

KAJIAN METALURGI Bahan Kawali (Badik) dan Besi Tempa

KAJIAN METALURGI 
Bahan Badik  (Kawali) dan Besi Tempa 
Jenis Bahan Baku dan Metalurgi
oleh; KRT. Cahya Surya Harsakya S.Sn., M.Sn.
Anggota Lembaga Badik Celebes dan Pemerhati Pusaka Nusantara  


Kawali Raja


MEKANGKANG, nama jenis bahan besi untuk membuat Badik, ada dua macam yaitu Mekangkang Urane dan Makunrai, tuah dari Mekangkang Urane baik untuk prajurit, bisa menambah wibawa, warnanya hitam keunguan dan jika diamati teliti seakan mempunyai semacam urat urat halus tetapi kalau diraba permukaannya halus lumer dan kalu dijentik berbunyi dengung yang panjang. Untuk Mekangkang Makunrai warnanya ungu tua kebiruan, pada permukaannya seolah tersebar kristal kecil yang membiaskan warna kebiruan, jika dijentik berbunyi dengung pendek. Konon baik untuk pegawai agar disayang atasan.
NGLEMPUNG (Malela) , jenis besi yang penampilannya mempunyai kesan padat dan matang tempaan. Besi yang nglempung seolah tidak berpori sehingga tidak gampang kropos.
BESI KUNING, atau wesi kuning sebutan senjata tradisional yang terbuat logam bewarna kuning biasa berbentuk pangot, patrem, golok pendek, badik kecil, tubang dan orang orang tua mengatakan bahwa besi kuningan merupakan campuran unsure besi, timah putih, perak, seng, timbal, tembaga, emas. Dipercaya mempunyai kekuatan gaib menjadi orang kebal terhadap senjata lain.
GOTHITE, mineral besi terdiri dari trioksida besi yang terikat air berwarna kekuningan, merah dan kecoklatan, rumus kimianya Fe2O3.H2O. besi ini kurang baik untuk bahan pusaka karena mudah keropos dan berpori.
ILMENIT, jenis material besi terdiri dari trioksida besi-titanium, berwarna hitam metalik atau setengah metalik, banyak dijumpai dalam pasir besi, terkenal dengan nama pasir Ilmenit. Rumus kimianya Fe2O.TiO2. 
KARANG KIJANG, BESI, penamaan atas salah satu jenis besi, menurut Ronggowarsito, besi Karang Kijang adalah besi yang berurat, uratnya seperti air laut, warnya hitam kebiruan.  
KATUB, jenis besi pembuat keris, berwarna hitam kehijauan, hijau seperti rumput layu.
MALELA KENDAGA, penamaan jenis besi bahan keris atau pusaka lainnya yang pada permukaan seolah bertaburan kristal kecil yang mengkilap. Keristal keristal yang berkerlip akan tampak terang jika bilah keris itu akan tampak terang bila bilah keris itu dalam keadaan putih bersih. Sebagian pecinta keris membedakan Malela menjadi Pasir Malela dan Malela Kendaga, yang Pasir Malela maka kerlipnya membiaskan warna putih keperakan sedang Malale Kendaga berwarna kuning emas. Keris dengan besi ini biasanya keris lama karena pengolahan bahan pasir besi menjadi besi tidak sempurna.
MALIK,  nama jenis besi bahan pembuatan pusaka, permukaannya kasar dan warnanya hitam keabu-abuan, jika dijentik dengungnya sember, menurut para ahli  tuah besi ini buruk sehingga pemiliknya sukar mencari rejeki.
MINETTE, jenis mineral besi berwarna coklat terdiri dari trioksida besi terikat air dengan rumus kimia Fe2O3H2O.
SIDERIT, mineral besi terdiri dari kristal-kristal karbonat besi. Mineral ini berupa kelabu putih kekuningan, atau kecoklatan  dengan permulaan yang mengkilat, rumusnya FeCO3. dalam dunia keris maka bahan ini biasa dipakai  untuk batu bahan pamor yang hanya mengandung besi saja. Pada bilah keris, pamor dari bahan ini warnanya hitam dan umunya dinamakan Pamor bercak hitam. Ada yang menyebut pamor wulung.

 
WALULIN, jenis besi pembuat keris, tetapi sedikit sekali pengetahuan mengenai bahan ini, ada yang mengatakan  besi ini agak berpori, kering dan warnanya abu-abu kehitaman.
WELANGI, jenis besi pembuat keris warnanya kuning kehijauan dan tuahnya baik untuk mencari rejaki. Namum menurut buku kuno, pemilik keris ini tidak boleh menghutangkan atau membungakan uang.
WERANI, jenis besi pembuat keris, warnanya hitam keunguan, menurut buku kuno sebagai senjata besi ini ampuh sekali.
WINDUADI, sejenis besi pembuat keris dan tosan aji lainnya berwarna pucat dengan kristal bening keperakan menyebar dipermukaan. Menurut pecinta keris, bahan ini sangat ampuh dan kalau dibawa perang maka pembawanya tidak terlihat musuh.
LEMME' (Reduksi Bahan Fosil Besi) . Bahan Lemme' merupakan hasil dari logam yang sudah tertanam lama dalam tanah dan masih utuh tanpa terkena perubahan dari karat yang sangat parah, sehingga tidak hancur total. Bahan Lemme' merupakan bahan besi yang terbaik, karena masih utuh dalam tanah selama puluhan bahkan ratusan tahun (fosil besi). bahan lemme' merupakan bahan yang sudah membentuk benda (bukan pasir besi mentah) melainkan barang - barang tua seperti potongan parang, peralatan bercocok tanam, jangkar tua, pasak kapal tua, peluru meriam, bahkan bila beruntung dapat berupa senjata yang sudah ditempa.  
* KRT. Cahya Surya Harsakya S.Sn., M.Sn. 

La Gecong Legenda Badik Beracun


 La Gecong 
Legenda Badik Beracun 


 Secara historis, belum diketahui secara pasti sejak kapan senjata tajam tradisional ini digunakan dalam masyarakat Sulawesi Selatan. Demikian asal-usul teknologi menempa logam dalam kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan, kecuali hanya berupa asumsi-asumsi yang memperkirakan tentang asal-usul senjata tajam badik tersebut.
(Purwati dkk, 1993/1994)

Foto ; Badik Gecong dari Mandar koleksi KRT. Cahya Surya Harsakya , M.Sn. 
Bentuk badik yang ergonomis untuk menusuk dan menyerang secara diam - diam dari sisi belakang lawan, misalnya penjajah VOC yang sedang berjaga.


                Badik merupakan senjata tradisional yang dikenal dan dipergunakan dalam masyarakat Sulawesi Selatan. Jika dilihat dari bentuknya, badik adalah benda tajam yang terbuat dari besi dimana salah satu dari sisi bilahnya tajam dengan ujung runcing. Selain dikenal dikalangan rakyat masyarakat Makassar, badik terdapat pula di Daerah Bugis dan Mandar dengan nama dan bentuk yang agak berbeda, seperti di daerah Bone, Luwu, dan Majene (Purwati dkk, 1993/1994, hal 22).



Secara umum badik terdiri atas tiga bagian yaitu ; Hulu (gagang), Bilah (besi), dan Warangka (sarung badik) sebagai pelengkap badik. Disamping itu terdapat pula bagian-bagian lain dengan nama dan dan makna tertentu dari tiap-tiap daerah.



Badik adalah senjata tradisional Melayu Makassar, Bugis dan Mandar di Sulawesi Selatan yang berukuran pendek. Senjata ini dikenal pula di daerah Patani, Thailand Selatan, dengan sebutan badek. Bentuknya serupa dengan badik Bugis, sehingga diduga badek Patani ini berasal dari Bugis. Hal ini didasarkan pada tradisi merantau orang Bugis yang diwariskan secara turun temurun (Wong, 2012).



Pada umumnya, badik digunakan untuk membela diri dalam mempertahankan harga diri seseorang atau keluarga. Hal ini didasarkan pada budaya siri’ dengan makna untuk mempertahankan martabat suatu keluarga. Konsep siri’ ini sudah menyatu dalam tingkah laku, sistem sosial budaya dan cara berpikir masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi Selatan (Wong, 2012). Selain itu, ada pula badik yang berfungsi sebagai benda pusaka, seperti badik saroso, yang memiliki nilai sejarah. Ada juga sebagian orang yang meyakini bahwa badik berguna sebagai azimat yang berpengaruh pada nilai baik dan buruk.



Badik lagecong atau Badik bugis satu ini dikenal sebagai badik perang, banyak orang mencarinya karna sangat begitu terkenal dengan mosonya (racunnya). Kebanyakan orang percaya bahwa semua alat perang akan tunduk pada badik gecong tersebut. Badik lagecong terbagi dalam dua arti , pertama : Gecong di ambil nama dari nama sang panre (empu) yang bernama la gecong, kedua : diambil dari bahasa bugis gecong atau geco”, yang bisa diartikan sekali geco” (sentuh) langsung mati. Sampai saat ini banyak yang percaya kalau gecong yang asli adalah gecong yang terbuat dari daun nipah serta terapung di air dan melawan arus. Panjang gecong biasanya sejengkalan orang dewasa, pamor lonjo, bentuknya lebih pipih,tipis tapi kuat (Wong, 2012).






*Acmad, A.M dan Syam, M.R. 1986. Siri Kearifan Budaya Sulawesi Selatan.
  Lembaga Kesenian Sulawesi Selatan DKI Jakarta.
*Purnawati, Sangkala dan Siasni. 1993. Badik Sulawesi Selatan. Bagian Proyek
  Pembinaan Permuseuman. Sulawesi Selatan.
*Ubbe, Zulfikar, dan Senewe. 2011. Pamor dan Landasan Spiritual Senjata
  Pusaka Bugis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.