Jumat, 11 Oktober 2019

La Gecong Legenda Badik Beracun


 La Gecong 
Legenda Badik Beracun 


 Secara historis, belum diketahui secara pasti sejak kapan senjata tajam tradisional ini digunakan dalam masyarakat Sulawesi Selatan. Demikian asal-usul teknologi menempa logam dalam kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan, kecuali hanya berupa asumsi-asumsi yang memperkirakan tentang asal-usul senjata tajam badik tersebut.
(Purwati dkk, 1993/1994)

Foto ; Badik Gecong dari Mandar koleksi KRT. Cahya Surya Harsakya , M.Sn. 
Bentuk badik yang ergonomis untuk menusuk dan menyerang secara diam - diam dari sisi belakang lawan, misalnya penjajah VOC yang sedang berjaga.


                Badik merupakan senjata tradisional yang dikenal dan dipergunakan dalam masyarakat Sulawesi Selatan. Jika dilihat dari bentuknya, badik adalah benda tajam yang terbuat dari besi dimana salah satu dari sisi bilahnya tajam dengan ujung runcing. Selain dikenal dikalangan rakyat masyarakat Makassar, badik terdapat pula di Daerah Bugis dan Mandar dengan nama dan bentuk yang agak berbeda, seperti di daerah Bone, Luwu, dan Majene (Purwati dkk, 1993/1994, hal 22).



Secara umum badik terdiri atas tiga bagian yaitu ; Hulu (gagang), Bilah (besi), dan Warangka (sarung badik) sebagai pelengkap badik. Disamping itu terdapat pula bagian-bagian lain dengan nama dan dan makna tertentu dari tiap-tiap daerah.



Badik adalah senjata tradisional Melayu Makassar, Bugis dan Mandar di Sulawesi Selatan yang berukuran pendek. Senjata ini dikenal pula di daerah Patani, Thailand Selatan, dengan sebutan badek. Bentuknya serupa dengan badik Bugis, sehingga diduga badek Patani ini berasal dari Bugis. Hal ini didasarkan pada tradisi merantau orang Bugis yang diwariskan secara turun temurun (Wong, 2012).



Pada umumnya, badik digunakan untuk membela diri dalam mempertahankan harga diri seseorang atau keluarga. Hal ini didasarkan pada budaya siri’ dengan makna untuk mempertahankan martabat suatu keluarga. Konsep siri’ ini sudah menyatu dalam tingkah laku, sistem sosial budaya dan cara berpikir masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi Selatan (Wong, 2012). Selain itu, ada pula badik yang berfungsi sebagai benda pusaka, seperti badik saroso, yang memiliki nilai sejarah. Ada juga sebagian orang yang meyakini bahwa badik berguna sebagai azimat yang berpengaruh pada nilai baik dan buruk.



Badik lagecong atau Badik bugis satu ini dikenal sebagai badik perang, banyak orang mencarinya karna sangat begitu terkenal dengan mosonya (racunnya). Kebanyakan orang percaya bahwa semua alat perang akan tunduk pada badik gecong tersebut. Badik lagecong terbagi dalam dua arti , pertama : Gecong di ambil nama dari nama sang panre (empu) yang bernama la gecong, kedua : diambil dari bahasa bugis gecong atau geco”, yang bisa diartikan sekali geco” (sentuh) langsung mati. Sampai saat ini banyak yang percaya kalau gecong yang asli adalah gecong yang terbuat dari daun nipah serta terapung di air dan melawan arus. Panjang gecong biasanya sejengkalan orang dewasa, pamor lonjo, bentuknya lebih pipih,tipis tapi kuat (Wong, 2012).






*Acmad, A.M dan Syam, M.R. 1986. Siri Kearifan Budaya Sulawesi Selatan.
  Lembaga Kesenian Sulawesi Selatan DKI Jakarta.
*Purnawati, Sangkala dan Siasni. 1993. Badik Sulawesi Selatan. Bagian Proyek
  Pembinaan Permuseuman. Sulawesi Selatan.
*Ubbe, Zulfikar, dan Senewe. 2011. Pamor dan Landasan Spiritual Senjata
  Pusaka Bugis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar