Dietrich Drescher
Galery ini membahas mengenai senjata adat dan beberapa koleksi. Kajian mengenai Keris dan Pusaka di Nusantara yang berhasil ditemui oleh penulis, dalam blog ini penulis juga membahas mengenai ritual, prosesi dan beberapa festival yang ada di seputar Kajian benda Pusaka Tersebut.
Jumat, 22 Desember 2023
Dietrich Drescher dan Keris
Selasa, 24 Oktober 2023
Sejarah Tosan Aji Cor ( Casting) #1
Sejarah Tosan Aji Cor ( Casting)
Bagian 1.
urik KN peranti utk melubangi kerangka keris (sejenis pahat);
nguriki 1 melubangi dengan menggunakan urik; 2 membersihkan.
Archaeologists in Germany have unearthed a sword from a Bronze Age burial, and the weapon is in such good condition that it still gleams. The 3,000-year-old sword, discovered in the town of Nördlingen in Bavaria, was found in the burial of a man, woman and child. It appears that the trio were buried in quick succession, but it's unclear if they are related to one another, according to a statement the Bavarian State Office for Monument Protection released on Wednesday (June 14). The sword is so well preserved, "it almost still shines," according to the translated statement. The weapon has an ornate octagonal hilt crafted from bronze that now has a greenish tinge, as bronze contains copper, a metal that oxidizes when exposed to air and water. Archaeologists dated the sword to the end of the 14th century B.C. Sword discoveries from this time and region are rare, as many middle Bronze Age graves were looted over the millennia, the team said. Researchers know of two manufacturing areas for octagonal swords in Germany. One region, a local one, was in southern Germany, while the other hailed from northern Germany and Denmark, according to the statement. It's unknown where the newfound sword was cast. Para arkeolog di Jerman telah menemukan pedang dari pemakaman Zaman Perunggu, dan senjatanya dalam kondisi baik sehingga masih berkilauan. Pedang berusia 3000 tahun, ditemukan di kota Nördlingen di Bayern, ditemukan di pemakaman seorang pria, wanita, dan anak-anak. Tampaknya kerangka tersebut terkubur secara berurutan, tetapi tidak jelas apakah mereka berhubungan satu sama lain, menurut sebuah pernyataan Kantor Negara Bagian Bavarian untuk Perlindungan Monumen yang dirilis pada hari Rabu (14 Juni). Pedang itu sangat terpelihara dengan baik, "hampir masih bersinar," menurut pernyataan yang diterjemahkan. Senjata ini memiliki gagang oktagon berhias yang dibuat dari perunggu yang sekarang memiliki warna hijau, karena perunggu mengandung tembaga, logam yang teroksidasi ketika terkena udara dan air. Para arkeolog memberi tanggal pedang hingga akhir abad ke-14 SM. Penemuan pedang dari waktu dan wilayah ini jarang terjadi, karena banyak kuburan Zaman Perunggu pertengahan dijarah selama ribuan tahun, kata tim. Para peneliti mengetahui dua area manufaktur untuk pedang segi delapan di Jerman. Satu wilayah, yang satu lokal, berada di Jerman selatan, sementara yang lainnya berasal dari Jerman utara dan Denmark, menurut pernyataan itu. Tidak diketahui di mana pedang yang baru ditemukan itu dilemparkan.
- Van Duuren, D. ‘Een teruggevonden Indo-Javaans Unicum: De 'Kris van Knaud'. In: Aziatische Kunst, 34-2.’ (Publisher: VVAK, Amsterdam, 2004);
- Duuren, D., Charles Knaud's Keris, the oldest dated keris in the world: Legend - History - Iconography - Metallurgy. Leiden: Ethnographic Art Books, 2022 (ISBN 978-90-5450–026-1)
- Krom, N.J. ‘Hindoe-Javaansche Kunst’ (2-volume, Eindhoven, 1920)
- van Duuren, David (2002). Krisses: a critical bibliography. Pictures Publishers. hlm. 110. ISBN 978-90-73187-42-9. Diakses tanggal 6 March 2011.
- ^ Van Asdonck, Marjolein ‘Het sprookje van de kris.’ (Moesson Magazine, Volume 50, no.5, November 2005) p.27
- ^ Stevens, Th. Vrijmetselarij en samenleving in Nederlands Indie en Indonesie 1764-1962 (Publisher: Verloren, Hilversum) P.40 ISBN 90-6550-378-1
- ^ Van Asdonck, Marjolein ‘Het sprookje van de kris.’ (Moesson Magazine, Volume 50, no.5, November 2005) p.27 [1] Diarsipkan 2013-10-02 di Wayback Machine.
- ^ Muskens, Roland. "Knaud's Kris". Colonial Past, Global Future: 100 Years of The Royal Tropical Institute. Royal Tropical Institute. hlm. 65. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-09. Diakses tanggal 2013-09-28.
- ^ Lompat ke:a b Van Duuren, D. ‘Een teruggevonden Indo-Javaans Unicum: De 'Kris van Knaud'. In: Aziatische Kunst, 34-2.’ (Publisher: VVAK, Amsterdam, 2004).
Rabu, 18 Oktober 2023
Keris Dhapur Parungsari
Keris Dhapur Parungsari
Keris Dhapur Parungsari, sangat mirip dengan Keris Dhapur Sangkelat, yang membedakannya pada Keris Dhapur Parungsari menggunakan dua Lambe Gajah sedangkan Keris dhapur Sangkelat hanya
menggunakan satu Lambe Gajah.
Itu sebabnya, mengapa masih banyak orang yang salah menamakan Keris Perungsari dengan Keris Sengkelat. Jika dilihat dari filosofinya, "Parung" bisa diartikan dengan deretan lereng bukit dan lembah, sedangkan "Sari" dapat diartikan sebagai bunga.
Jadi Secara harfiah, Parungsari dapat diartikan sebagai hamparan elok bukit dan lembah yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah. Mungkin itulah pemaknaan paling sederhana, dari Parungsari, Keris ini melambangkan kehidupan yang tentram, damai dan indah seperti hamparan lembah yang ditumbuhi bunga-bunga. Begitu sejuk, damai, harum dan indah.
Itulah makna Parungsari sebagai tuntunan dan harapan bagi pemiliknya agar bisa meraih kehidupan seperti makna Parungsari, Tuah dari Keris ini lebih condong untuk kasepuhan dan kewibawaan.
Sumber;
KRT. Cahyo Setyonagoro
Sudarto Yoso Purbonagoro
Kamis, 12 Oktober 2023
Kadga Kediri ( Kadhiri)
Kadga Kediri ( Kadhiri)
Relief Candi Hindu, seperti Prambanan atau yang dalam prasasti disebut Shiwagrha (rumah Shiwa) yang dibangun pada abad ke 9 oleh wangsa Sanjaya. Pada Candi yang dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu dewa Brahma, dewa Wisnu , dan dewa Siwa ini, terdapat banyak relief yang menggambarkan ksatriya dan beberapa pasukan Anoman yang memegang Kadgå.
Pada Candi Panataran yang nama aslinya adalah Candi Palah, sebuah candi keagamaan Hindu Siwaitis era kerajaan Kadhiri (abad ke 13) yang terletak di Kabupaten Blitar, juga terdapat relief-relief yang menggambarkan ksatriya membawa Kadgå.
Selain itu pada beberapa arca Shiwa juga selain memegang benda lain seperti tombak, vajra, cakra dll, juga ada yang dipahatkan memegang Kadgå.
Memang jika melihat artefak-artefak sudah ada, keberadaan Kadgå tidak lepas dari sejarah Hindu di Nusantara. Kadga yang mungkin oleh Ma-Huan disebut Pulak, diyakini adalah prototipe Keris kuno. Pada prasasti Karang Tengah (746 C) dan Prasasti Poh (829 C) disebutkan kata Krês atau Keris. Bahkan menurut Murdoch Smith yang dikutip oleh Soemodiningrat dikatakan bahwa bisa jadi pembuatan keris berpamor sudah dimulai sejak abad ke 1.
Dari pengamatan ini menunjukkan bahwa budaya Keris sudah tumbuh di masyarakat Indonesia jauh sebelum abad ke 9 yang ketika itu bentuknya masih sederhana seperti senjata tusuk atau senjata tikam. Bentuk ini jika kita kaitan dengan dagger atau belati2 bangsa Mesir atau Romawi era sebelum masehi atau pada relief prasasti Ethiopia abad 11-13 juga ada kemiripan. Sepertinya bangsa2 di dunia ketika itu sudah terkoneksi melalui laut dan saling bertukar pengetahuan. Seni tempa sudah maju dan membawa manfaat bagi masyarakat luas.
..............
MM. Hidayat.
-------------------
Selasa, 05 September 2023
Ki Siki dari Sedayu
Ki Siki
Sang Mpu Pengeran Sedayu
Di wilayah Sedayu, pernah hidup seorang mPu yang berjuluk mPu Ki Siki. Karena juga di wilayah Sedayu, maka kerisnya juga lebih mengacu pada karya karya mPu Pangeran Sêdayu (MPu Supo Mandrangi). Hanya saja garap dan tempaannya tidak sebagus mPu Pangeran Sêdayu. Tapi meski demikian, keris - keris karya Ki Siki dibuat cukup bagus.
Besinya ditempa matang dengan gånjå Wuwung, sirah cetak lebih lancip dengan gulu méléd yang agak panjang. Wêtêngan tengah tidak gemuk dengan ukuran bilah sedang. Condong léléhnya kadang lebih condong dari keris - keris Majapahit umumnya.
Konon Ki Siki adalah juga Panjak dari mPu Pangeran Sêdayu ketika berada di Sedayu yang telah diganjar tanah pêrdikan cukup luas. Karena itu karya Ki Siki mengacu pada karya mPu Pangeran Sêdayu.
Sumber; MM. Hidayat.
Sejarah Kadipaten Sedayu
Asal usul nama sedayu/sidayu masih perlu kajian lebih dalam,tetapi nama kadipaten sedayu/sidayu mempunyai peran yang sangat strategis dalam geopolitik dimasa lalu serta mengangkat harkat derajat martabat sedayu/sidayu itu sendiri
Dalam bahasa jawa Seda/seda'h berarti meninggal/mati dan Dahayu/dayu berarti cantik sedangkan jika mengacu kata sida berarti jadi dan Dahayu/dayu berarti cantik
Nama sedayu/sidayu bisa menjadi harum karena berkat pemimpin yang berkuasa
Nama wilayah didalam daerah sedayu telah banyak tertulis di prasasti ataupun cerita cerita rakyat,prasasti yang menyebut sedayu spesifik ialah prasasti karang bogem 1367 m era Kerajaan Majapahit,pada masa Raja Brawijaya, sedayu dipimpin seorang pangeran dari majapahit yang bergelar Pangeran Sedayu ialah Mpu Supo Mandrangi karena memenangkan sayembara membawa kembali keris penting majapahit dan dihadiahi 100 jung ( 1 jung : 28.396 m2) berhak memerintah diwilayah itu. Pada masa Kerajaan Demak bintoro setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit wilayah pesisir utara telah memeluk islam,para penyebar agama islam di wilayah sedayu ialah Sunan Drajat dan Sunan Sendang Dhuwur,begitupun saat peralihan Kerajaan Demak ke Kerajaan Pajang,Kadipaten Sedayu beserta kadipaten lainnya di jawa timur menerima setelah terjadi pertemuan penting yang telah di mediasi.
Pada masa Kerajaan Mataram islam banyak para pemimpin di jawa timur tidak menyetujui atas berdirinya Kerajaan Mataram islam tak terkecuali sedayu,atas dasar inilah Raja Mataram menundukkan dan ingin menyatukan lagi bekas kekuasaan Kerajaan Pajang dulu,wilayah pemimpin di pesisir utara yang berani menentang ialah Kadipaten Surabaya dan Kadipaten Pasuruan,Kadipaten Sedayu mendukung pemimpin surabaya,ekspansi Kerajaan Mataram ke timur satu persatu berhasil menundukkan penguasanya,Kadipaten Sedayu jatuh Tahun1675 dan diangkatlah seorang penguasa/ adipati di wilayah Kadipaten Sedayu serta Kadipaten Sedayu mendapatkan jabatan strategis oleh mataram saat diperintah Raja Amangkurat untuk zona pesisir utara setelah jabatan sebelumnya dipegang Kadipaten Jepara untuk mengontrol perdagangan serta mengawasi bangsa penjajah yang mulai masuk ke Pulau Jawa. Berikut nama nama penguasa/adipati sedayu era Kerajaan Mataram islam :
1.Adipati Kromo Widjoyo (1675)
2.Adipati Probolinggo
3.Adipati Banten
4.Adipati Suwargo
5.Adipati Sido Ngawen
6.Adipati Kudus
7.Adipati Joko
8.Adipati Haryo Suryodiningrat
9.Adipati Haryo Suryodiningrat 2
10.Adipati Haryo Suryodiningrat 3/R.Badrun.
Saat Kerajaan Mataram terjadi kudeta dari Adipati Madura/Pangeran Trunojoyo,Raja Mataram meminta bantuan kepada kompeni untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Adipati Madura,atas permintaan itu maka VOC membuat perjanjian kepada Mataram jika nanti pihak VOC berhasil menumpas pemberontakan maka pesisir utara jawa dan madura menjadi milik VOC dan pihak Mataram harus mengganti biaya perang,perjanjian itu bernama "(Perjanjian Jepara 1677)"
Adipati Sedayu yang terkenal ialah Adipati Haryo Suryodiningrat/ orang sedayu menyebutnya Kanjeng Sepuh Sedayu,ia pemimpin yang dihormati dimasanya dan menentang penjajahan yang dilakukan oleh pihak Kolonial Hindia-Belanda di tanah jawa, ia selalu suka berkeliling di malam hari di seluruh wilayah kadipaten sedayu untuk melihat kondisi rakyatnya hingga tak heran masyarakat sedayu juga menjulukinya sebagai Raden Museng
Saat sedayu dipimpin Raden Badrun,sedayu mengalami kemunduran dan pamor,hal itu terlihat dari pihak Kolonial Hindia-Belanda yang ikut campur ke dalam pemerintahan kadipaten sedayu karena kadipaten sedayu merupakan jajahan Hindia-Belanda sehingga harus tunduk
Banyak faktor-faktor mengapa kadipaten sedayu ini di hilangkan oleh Kolonial Hindia Belanda dalam sejarah indonesia :
1.orang sedayu/ masyarakat umum pesisir utara jawa selalu menentang penjajahan Hindia Belanda
2.pertanian kurang subur,hasil tanaman yang tidak memiliki nilai jual,tidak sesuai keinginan pihak hindia belanda
3.wilayah sering terjadi bencana,banjir saat musim hujan,kekeringan kala musim panas
4.biaya yang tinggi untuk membangun kadipaten sedayu karena dilalui sungai besar
5.pendangkalan pantai pelabuhan dan tidak ramainya aktifitas barang
6.adanya perluasaan wilayah surabaya oleh pihak hindia belanda
7.eksploitasi wilayah pedalaman jawa yang menjadikan jalan daendels sedayu sepi,jalan antara kadipaten gresik dan lamongan dijadikan jalan arteri penting hindia belanda
Atas dasar itu maka Raden Badrun di pindah tugaskan dan menjadi adipati di kadipaten jombang,mengingat Raden Badrun berdarah ningrat trah mataram, kala perpindahan itu wilayah sedayu terjadi pergolakan konflik dan ketidak puasan dari rakyat sedayu dan semakin bencinya kepada pihak hindia belanda,pos pos/rumah belanda di sedayu dibakar oleh rakyat sedayu
Setelah itu kadipaten sedayu statusnya diturunkan dan menjadi kawedanan sedayu dan dimasukkan ke dalam wilayah kadipaten gresik,karena sedayu wilayahnya luas dan kini sebagai kawedanan,maka wilayah sedayu oleh pihak hindia belanda dibagi 2 ,sebagian besar wilayahnya dimasukkan kedalam kadipaten lamongan dan sisanya dimasukkan kedalam kadipaten gresik dan setelah itu kadipaten gresik statusnya juga diturunkan menjadi kawedanan dan dimasukkan kedalam kadipaten surabaya.
Rabu, 23 Agustus 2023
Api Mrapen 2009
Terletak tidak jauh dari jalan raya Purwodadi – Semarang, tepatnya di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Api Abadi Mrapen mengeluarkan api dari dalam tanah dan tidak pernah padam walaupun turun hujan. Api abadi ini sering digunakan untuk penyalaan obor dalam kegiatan Pesta Olah Raga Nasional maupun Internasional serta untuk Api Dharma Upacara Hari Raya Tri Suci Waisak.
Api Abadi tersebut diambil guna syarat sebagai penyalaan tungku Api menempa keris oleh Mpu M.Ng. Daliman Puspobudoyo. dalam hal ini , Padepokan Meteor Putih melalukan Prosesi pengambilan Api Abadi di Mrapen.
Selain itu ritual pengambilan api abadi juga merupakan
salah satu syarat pendirian Besalen ( tempat menempa Keris dan tosan aji lain
), syarat lain meliputi sesajen komplit tumpeng dan ingkung, bunga 7 rupa, air
7 sumber, tunas kelapa, beras 4 warna yng melambangkan cakra mandala, Mantra
sastrajendra, Tanggap Wayangan dan Arang kayu jati special untuk tempa awal.
Kenangan; MPU M.Ng. Daliman Puspobudoyo.
Selasa, 04 Juli 2023
KERIS SAJEN , EPS 2. " KERIS SAJEN DAN FIGUR LELUHUR"
KERIS SAJEN DAN FIGUR LELUHUR
Oleh; Dian Widiyanarko
KERIS SAJEN , EPS 1. "PROTOTYPE KERIS PERTAMA"
'Prototipe' Keris awalnya dibuat secara 'iras'
Oleh; Ady Sulistyono
Minggu, 02 Juli 2023
Keris Pasopati
Keris dengan dapur Pasopati
Keris dengan dapur Pasopati sarat dengan makna dan filsafat yang sangat dalam. Pasopati adalah simbol akan kepemimpinan, suatu perjuangan dan sebuah kesetiaan. Ricikan keris lurus tanpa luk agar orang yang memilikinya tidak akan goyah pendiriannya, lurus dalam perjalanan hidupnya, serta menjadi seorang pemimpin yang berpendirian teguh.
Itulah sebabnya kepemilikan keris dhapur Pasopati pada jaman dahulu identik dengan senopati atau panglima perang. Tidak sembarang orang dapat memiliki keris dhapur tersebut. Dan hingga kini keris berdhapur Pasopati banyak diburu oleh mereka yang terjun dalam dunia politik dan militer
Minggu, 25 Juni 2023
Wedung Episode 2
Wedung di Dalam Dunia Keraton
dikutip Dari tulisan Mas BS, beliau keturunan mangkunegara yang tinggal di Belanda.
#Wedhung
"......#wedung – senjata tebas yang mirip dengan golok cacah berujung runcing. Dalam bukunya The History of Java, #Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Inggris yang berkuasa pada 1811-1816, menyebut, bahwa seseorang yang akan menghadap pangeran, apapun pangkat dan gelarnya, harus mengenakan celana dari sutera atau kain halus tanpa kancing dan sebagai pengganti kain atau jarit, dia harus memakai dodot, yaitu kain lebar yang ……..Dia hanya membawa satu keris yang ditempatkan di punggung kanan belakang, dimana pada sisi kirinya membawa WEDUNG….Dia mengenakan kuluk yang mulai dieperkenalkan oleh Sultan.....".
Di masa lalu adalah senjata para prajurit estri (wanita) yang pernah aktif sebagai abdidalem di lingkup tembok Kraton Kasunanan Surakarta. Prajurit wanita ini menjadi pengawal terdekat "bodyguard" raja pada acara - acara tertentu dan mereka selalu berada di sekeliling raja dilengkapi dengan senjata wedhung. Di jaman sekarang mereka setingkat dengan Paspampres.
Wedhung juga sempat menjadi hadiah dari S.I.S.K.Susuhunan Pakubuwono X di acara kenaikan tahta Ratu Wilhelmina menjadi Ratu Kerajaan Belanda yg mengambil lokasi di Nieuwe Kerk Amsterdam dan diserahkan secara langsung oleh utusan dari Kasunanan : K.G.P.H.Ario Mataram, putra ke-3 S.I.S.K.Susuhunan Pakubuwono IX (yg lahir dari priyantundalem : Raden Ayu Dewaningrum) & kakak dari S.I.S.K.Susuhunan Pakubuwono X kepada sang ratu.
Ratu Wilhelmina lahir pada 31 agustus 1880. Menjadi Ratu Belanda mulai dari 23 november 1890 sampai dengan 4 september 1948.
Pemakaian Wedung oleh Abdi Dalem di acara pisowanan di Sasono Sewoko Kraton Surakarta , foto doc. 1940 |
Detail Pemakaian Wedung Pada Abdi Dalem wanita Pemerintahan Keraton Surakarta. 1940. |
Foto Para Bodyguard Wanita di Depan Ruangan Raja Kraton Surakarta, SISKS PB X, 1939. |
Wedung Foto; Pak Guntoro KCB |