Kamis, 05 Januari 2023

HULU KERIS NARADAKANDHA

 HULU KERIS NARADAKANDHA

Hulu Keris (Jejeran) keris dengan nama atau wanda Naradakandha, yang seolah menggambarkan sosok berperut buncit, selama ini dikenal sebagai wanda ukiran gaya Yogyakarta. Padahal, menurut Bambang Harsrinuksmo (2004), jenis atau wanda ukiran seperti ini sudah ada sejak era Mataram Kartasura. Dengan demikian, orang Surakarta pun sebenarnya mengenal wanda ini.

Namun dalam perkembangan sejarah, selepas perjanjian Gianti atau Palihan Nagari Mataram menjadi Ngayogyakarta Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat, seiring juga perubahan bentuk warangka masing-masing pecahan kerajaan Mataram ini, wanda jejeran Naradakandha versi Surakarta “tidak merakyat” karena dinilai kurang serasi jika dijodohkan dengan bentuk warangka gaya Surakarta.

Naradakandha memang lebih serasi digunakan bersama warangka gaya Yogyakarta, terutama gayaman. Pemakai ukiran wanda Naradakandha, kalau tidak orang yang sudah berumur, sudah sepuh, juga dinilai cocok untuk mereka yang profesinya sebagai guru, atau ulama, karena ukiran ini mencerminkan “karakter kasepuhan”. Sementara di lingkungan kraton, menurut Bambang Harsrinuksmo (Ensiklopedi Keris, 2004), pada masa lalu biasanya pemakainya kebanyakan adalah abdi dalem ulam di masjid keraton.

Masih menurut catatan Bambang Harsrinuksmo, menjelang pecahnya Mataram (Palihan Nagari) menjadi Ngayogyakarta Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat sebelum perjanjian Gianti, ada jenis wanda ukiran lain yang agak mirip dengan ukiran Naradakandha, yaitu wanda Rare Kagok. Perbedaan bentuk di antara keduanya, adalah pada sirah, atau kepala jejeran. Naradakandha lebih mendongak, dan pada Rare Kagok wetengannya (perutnya) lebih merosot ke bawah.

(Kawruh Paduwungan, versi Bambang Harsrinuksmo)


Kiri; Jejeran Naradakandha wanda Jogja , Kanan; jejeran Naradakandha wanda Surakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar