Minggu, 26 Maret 2023

PEMAKAIAN KERIS

 PEMAKAIAN KERIS

Keris, wangkingan atau duwung merupakan kelengkapan busana jejawen kakung. Cara pemakaianya disisipkan pada sabuk yang terdapat pada bagian pinggang.
Secara tradisi pemakaian keris berbeda untuk situasi dan kondisi tertentu sesuai dengan pengetrapanya.
Hal ini sesuai dengan pemakaian dilingkungan kraton Yogyakarta dan kraton Surakarta.
Ada beberapa cara mengenakan / nyengkelit ( memakai keris ) dlm berbusana Kejawen Jangkep.
Yaitu :
* Mara Seba.
* Mogleng / Ngogleng.
* Netep.
* Lele Sinundukan / Satrio Keplayu.
* Ngewal, kewal.
* Munyuk Ngilo.
* Nyothe.
* Nganggar.
Tata cara / aturan mengenakan keris di Jogjakarta maupun di Surakarta pada dasarnya sama, perbedaanya terletak pada nama atau istilah penyebutannya saja.
Dibawah ini contoh dari tata cara mengenakan keris.
* Turut Bokong /
Mara seba, yaitu yang dikenakan oleh abdi dalem gandek ketika sowan dan atau menyerahkan sesuatu kepada orang yang berpangkat lebih tinggi atau para bangsawan.
* Kureban, biasa dipakai para prajurit infantri yang memanggul senjata sambil mengenkan keris.
* Kempitan tengen, cara memakai untuk melindungi kerisnya.
Kempitan kiwa, cara memakai keris keadaan waspada / siaga di dalam suasana perang atau derah yang kurang aman.
* Nganggar yaitu disandang di paha kiri, cara ini dilakukan jika seseorang ingin mengenkan keris lebih dari satu keris
* Ngogleng, mogleng, pemakaian keris ketika sedang berjalan jongkok. cara menggunakan ngogleng ada tiga macam yaitu :
- ngogleng.
- ngogleng tanggung.
-ngogleng methit.
* Kewal, kewalan, dipakai pada waktu sedang menunggang kuda bagi para prajurit penunggang kuda.
* Nyothe ngajeng, cara mengenakan keris oleh para rohaniawan atau ulama.
* Nyothe wingking, dikenakan oleh para pembesar ketika sedang menunggang kuda.
* Nyothe methit, dilakukan para petinggi keraton ketika hendak duduk.
* Klabang pipitan, klabang pinipit; cara mengenakan keris paling populer di Jogjakarta ketika sedang siaga, di surakarta disebut ngogleng
* Ngogleng, ketika seseorang ingin menonjolkan rasa akunya di depan umum, di Solo disebut ngogleng methit.
* Lele Sinundukan atau satriya keplayu, cara ini dilakukan ketika melalukan aktivitas yang membutuhkan banyak gerak.
* Munyuk Ngilo, dikenakan oleh para pengelana
* Mangking, pemakian keris ketika sedang naik kuda
* Netep, dikenakan dalam posisi berdiri dan melakukan banyak aktivitas.
* Nyothe kiwa, dilakukan pada saat siaga atau genting di Solo dikenal dengan nama kempitan kiwa
* Kewalan, Ngewal dilakukan oleh para parajurit yang bersenjatakan pedang dan juga dikenakan oleh penari pada tari kelana.
* Nganggar, dilakukan para prajurit yang membawa senjata sambil mengenakan keris.
KRT. Cahyo Suryodipuro.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar